SOLOPOS.COM - Nelayan di Desa Paranggupito, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, mempersiapkan alat krendet untuk memperoleh lobster. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI -- Para nelayan di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, mempunyai cara tersendiri dalam memprediksi banyak-sedikitnya ikan yang ada di laut. Ada hari khusus yang dikeramatkan nelayan untuk tidak mencari ikan.

Hal itu sebagai acuan nelayan Wonogiri mencari ikan. Di Paranggupito, nelayan tidak hanya mencari ikan, namun juga menangkap lobster dengan cara krendet. Rata-rata para nelayan yang mencari ikan dan lobster di Pantai Sembukan, Paranggupito, pada malam hari.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

"Nelayan sudah seperti penggembala laut. Mereka sudah bisa memahami dan mengamati kondisi laut. Jika tidak tepat prediksi bisa mempengaruhi perolehan ikan atau lobster. Jadi punya ilmu titen," kata Kepala Desa Paranggupito yang juga seorang nelayan, Dwi Hartono, kepada wartawan di pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri, Kamis (18/2/2021).

Baca juga: Mantap, Desa Karanggeneng Boyolali Jadi Percontohan PPKM Mikro

Sebelum mencari ikan, kata dia, para nelayan Wonogiri terlebih dahulu mengamati kondisi laut.

"Ke pantai sambil main sekaligus melakukan survei," ungkap dia.

Ia mengatakan nelayan memutuskan tidak mencari ikan jika ada tiga kali gelombang besar diikuti dengan air surut beberapa menit. Ketika gelombang datang lagi, saat itu air mulai berubah menjadi keruh.

Baca juga: Saran Nama Kelurahan Baru di Solo dari Netizen, dari Arya Saloka hingga Jaka Tingkir

"Ada tanda-tanda air mulai keruh. Berubahnya air itu akibat pasir di bagian bawah terangkat arus, airnya memutar. Kalau orang sini menyebutnya ada banjelan. Itu ikan dipancing ataupun memakai krendet untuk lobster tetap tidak mau makan, sulit," ungkap dia.

Sugesti Atau Ritual

Selain itu, kata Dwi, ada beberapa hari yang dikeramatkan nelayan untuk tidak mencari ikan. Jika nekat mencari, maka tidak mendapatkan ikan. Bahkan krendet yang dipasang dan ditinggal bisa rusak tersapu gelombang.

"Hari keramat itu yakni Kamis Pahing, malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon. Itu sudah menjadi semacam sugesti atau ritual, jika nekat mancing pada hari itu tidak mendapatkan ikan atau lobster," ujar dia.

Baca juga: Duh, Kaum Muda Dominasi Pelanggaran Prokes di Wonogiri Selatan

Ia menuturkan ada salah satu tokoh masyarakat di Desa Paranggupito yang dikenal ahli memprediksi kondisi laut. Jika tokoh itu memberitahu nelayan agar tidak melaut atau ngrendet, mereka mengikuti arahannya. Karena prediksinya sering tepat dan akurat.

"Intinya, ilmu titen para nelayan itu sebagai acuan untuk melaut atau mencari ikan dan lobster. Mereka sudah hafal waktu-waktunya. Ini saatnya melaut, ini bukan waktunya melaut. Bahkan ada di antara mereka yang berani berenang jika waktunya melaut," kata Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya