SOLOPOS.COM - Salah satu peserta saat mementaskan wayang dalam Festival Dalang Cilik, di Rumah Kebudayaan Ndalem Joyokusuman, Gajahan, Solo, Selasa (16/2/2021) lalu. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO -- Kehidupan dalang kondang Ki Manteb Soedarsono, 72, tak lepas dari seni tradisional khususnya wayang. Hampir enam dekade dirinya berkarya dari satu pakeliran ke pakeliran lainnya.

“Ya saya akan terus main wayang sampai nanti,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, dalam acara Festival Dalang Cilik, di Rumah Kebudayaan Ndalem Joyokusuman, Gajahan, Solo, Selasa (16/2/2021) lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Awalnya coba-coba sampai akhirnya menekuni wayang sebagai bagian penting dari hidupnya. Selama enam puluh tahun terakhir Ki Manteb telah melewati berbagai era pertunjukan wayang. Dimulai dari era Orde Baru yang sarat dengan konflik dan kepentingan. Era Reformasi yang menurutnya cenderung bebas tanpa batas, era digital, hingga pandemi seperti sekarang ini.

Setiap zaman memiliki karakter yang berbeda-beda. Misalnya pada era Orde Baru dia dan rekan-rekan seniman tradisi harus mengikuti berbagai aturan yang ketat jika ingin pentas. Banyak pengekangan di panggung seni. Kendati demikian ia tetap memerankan fungsi wayang sebagai tontonan sekaligus tuntunan. Pentasnya tak pernah luput dari kritik pemerintahan. Namun dilakukan dengan cara yang sangat halus. “Zaman orde baru aturannya ketat. Ya kita mengikuti arus tapi juga mengritik. Ngeli ning ora keli,” terangnya.

Baca jugaDiisukan Bangkrut, Segini Honor Pak Tarno Sekali Tampil

Inovasi Dilakukan

Selanjutnya pada masa reformasi kran kebebasan mulai dibuka. Wayang boleh dipentaskan dimanapun dengan konten apapun. Nafas para dalang terasa lebih panjang. Namun juga harus tau aturan agar tak euforia berlebihan. Sementara melewati era milenial tantangan dunia wayang semakin berkembang. Gadged dan kecanggihan teknologi menjadi hiburan baru bagi generasi muda. Dalam situasi ini wayang harus membaur agar tak kehilangan penikmatnya. Inovasi terus dilakukan agar menyesuaikan kebutuhan zaman.

Sampai akhirnya bertemu di masa pandemi. Wayang yang mengundang kerumunan harus ditinggalkan penonton langsung. Tak ada lagi saut sautan antar dalang dan masyarakat pecintanya di setiap pakeliran. Seni tradisional yang bahkan menjadi medium dakwah dan pendidikan ini sempat terpuruk karena tak ada ruang pentas. Mengingat kerumunan dilarang demi mencegah penyebaran Covid-19.

Adaptasi dengan dunia daring pun dilakukan. Dalang, sinden, dan pengrawit pentas di panggung. Sementara penonton menikmatinya dari rumah masing-masing dengan streaming YouTube. Seperti yang dilakukan para dalang cilik dalam Festival Dalang Cilik 2021 selama dua hari yakni Selasa-Rabu (16/2/2021-17/2/2021) lalu.

Baca jugaEnergi dari Teater Eks Surakarta di Masa Pandemi

Perkembangan Zaman

Hal itu pula yang dilakukan Ki Manteb. Usia lebih dari tujuh dekade tak membuatnya patah semangat. Ki Manteb ikut sinau pentas dengan daring selama pandemi ini. Ger-geran dengan penonton digantikan gojek bersama pengrawit. Konsentrasinya saat pentas juga harus dibagi antara wayang dengan penonton via lensa kamera. Agak susah, namun dia berkomitmen menjalaninya demi keberlanjutan wayang.

“Terus belajar. Kunci bisa bertahan di dunia wayang ya mengikuti perkembangan zaman. Kalau saklek dengan pola lama ya bakal susah diterima,” kata Ki Manteb saat diminta memberikan pesan kepada para dalang muda.

Baca jugaYuk! Nonton Ketoprak Balekambang di Kanal YouTube Balkam TV

Upaya menjaga keberlanjutan wayang juga terus dilakukan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan. Salah satunya dengan menggelar rutin festival dalang untuk anak-anak. Kepala Bidang (Kabid) Pelestarian Dinas Kebudayaan Solo, Is Purwaningsih, Selasa, mengatakan selama ini pihaknya telah melakukan pemetaan dalang muda di Solo. Setelah itu para dalang cilik perlu diberi panggung apresiasi agar terus semangat belajar. Itulah sebabnya festival tetap diadakan secara luring dan daring.

Dalam kesempatan itu Is juga mengundang Ki Manteb agar memberi semangat para peserta agar konsisten belajar dan terus mendalang. “Tahun 2020 ditiadakan karena pandemi awal. Tahun ini kami bertekad memberi panggung untuk anak-anak via luring dan daring, agar mereka semangat,” terang Is.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya