SOLOPOS.COM - Warga menggelar doa bersama di area persawahan Desa/Kecamatan Delanggu dalam rangkaian pra event Festival Mbok Sri Mulih di wilayah Dukuh Kerron, Desa Delanggu, Sabtu (24/9/2022) sore. Kegiatan itu sekaligus menjadi ikhtiar petani Delanggu menangani serangan hama wereng di sawah mereka. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Bersamaan peringatan Hari Tani, Sanggar Rojolele Desa/Kecamatan Delanggu menggelar pra event Festival Mbok Sri Mulih 2022, Sabtu (24/9/2022) sore.

Selain untuk menyambut Festival Mbok Sri Mulih #5 yang digelar akhir Oktober mendatang, pra event itu sekaligus diisi ritual pengendalian hama dan sedekah bumi agar sawah Delanggu terbebas dari serangan wereng.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, ritual itu diikuti orang dewasa hingga anak-anak diawali dengan kirab serta mengarak ogoh-ogoh berbentuk wereng raksasa. Kirab dilakukan dari jalan perkampungan hingga ke tengah lahan pertanian.

Sesampainya di lahan pertanian, peserta kirab menggelar doa bersama. Mereka lantas menggelar ritual. Ritual yang dilakukan yakni laku nabrak omo sebuah upaya pengendalian hama dengan menebar garam dan abu di sawah.

Ekspedisi Mudik 2024

Garam merupakan pupuk alami yang juga berkhasiat untuk menetralisir keasaman tanah. Sementara, abu sebagai kompos yang juga dipercaya melindung sawah dari serangan wereng.

Ritual lainnya yakni laku guwangan yang merupakan laku sedekah para petani dengan meletakkan ubarampe sesaji gecok sebagai ikhtiar agar petani dijauhkan dari serangan hama di musim tanam selanjutnya. Seusai rangkaian kegiatan itu, ogoh-ogoh kembali diarak dan diakhiri dengan dibakar.

Kegiatan itu diikuti seluruh elemen warga di Desa Delanggu. Pra event itu juga melibatkan grup kesenian warga setempat serta didukung seniman asal Ngawi, Budiyono Kampret yang memimjamkan karya instalasi lukisan arang.

Ketua pelaksana kegiatan sekaligus pendiri Sanggar Rojolele, Eksan Hartanto, mengatakan rangkaian kegiatan itu digelar sebagai ikhtiar petani di Desa/Kecamatan Delanggu dalam menangani serangan wereng.

Eksan menjelaskan pada masa tanam (MT) 2, lebih dari separuh sawah di Delanggu terserang wereng. Dia menjelaskan dari total 69 ha sawah di Desa Delanggu, sekitar 30-40 ha sawah terserang wereng hingga mengalami gagal panen.

“Dengan latar belakang itu, kami berikhtiar. Selain berikhtiar secara fisik di budi dayanya dengan pengendalian hama seperti penyemprotan pestisida bioorganik, ada ikhtiar laku batin kami mengadakan ritual hari ini. Maknanya untuk bersedekah manusia dengan bumi dan manusia dengan manusia. Tujuannya untuk menguatkan batin petani, semoga petani lekas bangkit lagi dan semoga pertanian di Delanggu tidak ada permasalahan lagi,” kata Eksan saat ditemui di sela kegiatan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Delanggu, Maryana, juga menjelaskan pada MT 2 serangan wereng merajalela di lahan persawahan wilayah Delanggu.

“Untuk panen Juli, Agustus, dan September produktivitas turun semua [karena serangan wereng]. Paling dapatnya [hasil panen] hanya 60 persen dari biasanya. Biasanya satu patok sawah itu dapat 6 kuintal, sekarang paling dapatnya 150 kg beras,” ungkap dia.

Maryana juga menjelaskan berbagai upaya pengendalian hama sudah dilakukan petani dan dibantu pemerintah. Dia menjelaskan upaya yang dilakukan seperti penyemprotan serta pergiliran tanaman di sawah.

“Karena faktor cuaca yang tidak berpihak akhirnya wereng bisa berkembang biak,” kata Maryana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya