SOLOPOS.COM - Seorang pemancing melintas di bekas karamba milik petani ikan Desa Ngargorejo di pinggir Waduk Cengklik, Minggu (14/8/2011). (Ahmad Mufid Aryono)

Seorang pemancing melintas di bekas karamba milik petani ikan Desa Ngargorejo di pinggir Waduk Cengklik, Minggu (14/8/2011). (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono)

Solopos.com–Pesona Waduk Cengklik memang tak hanya bagi para pengunjung. Tetapi juga, waduk peninggalan zaman Belanda ini memberikan penghidupan bagi warga di sekitar waduk tersebut. Tak terkecuali bagi warga di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Sebagian besar warga memeroleh pendapatan dari melimpahnya air di waduk tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga memilih sebagai peternak ikan karamba di waduk yang juga sebagai sumber pengairan irigasi teknis di Kecamatan Ngemplak, Sambi dan Nogosari tersebut. Sekretaris kelompok tani ikan karamba Mina Sejahtera Ngargorejo, Rohmad, menjelaskan sebagian besar anggotanya memang menggantungkan hidupnya dari mengelola ikan karamba.

“Warga sudah sangat bergantung dengan Waduk Cengklik. Karena semuanya bersumber dari waduk,” ujarnya saat ditemui Espos, pekan lalu.

Rohmad menjelaskan sebagai peternak ikan, anggotanya memilih untuk memelihara ikan nila merah sebagai sumber pendapatannya. Hal itu, selain karena kecocokan lahan, juga karena hasil yang diperolehnya.

Diakui Rohmad, budidaya ikan nila merah itu memang sangat menguntungkan. Meski, banyak kendala yang dihadapi para petani. Salah satunya, keberadaan eceng gondok yang tumbuh subur di Waduk Cengklik.

“Eceng gondok itu memang di satu sisi sangat mengganggu pertumbuhan ikan. Selain itu, juga mengganggu keindahan waduk itu sendiri,” papar dia.

Selain itu, masalah sedimentasi waduk juga menjadi kendala. Pasalnya, semakin banyaknya sediment yang ada, juga mengganggu pertumbuhan ikan. Hal itu karena daya oksigen yang tersedia semakin tipis, akibat sedimentasi. “Selain pakan yang semakin mahal juga menjadi permasalahan bagi para peternak,” papar dia.

Meski banyak kendala yang dihadapi, hingga saat ini keuntungan petani ikan bisa untuk menambah pendapatan. Saat ini, jelas Rohmad, harga jual ikan nila merah mencapai Rp 14.750/kg. “Sedang produksi per hari bervariasi, tergantung jumlah karamba yang dimiliki. Rata-rata tiap hari petani mampu panen 1,5 kuintal hingga 9 kuintal per hari,” papar dia.

Pemasaran ikan tersebut, jelas Rohmad, tak hanya di Boyolali, tetapi hingga ke Jogjakarta dan Semarang.  “Ada bakul yang mengambil langsung ke petani dan menjual kembali hingga ke Semarang atau Jogjakarta,” pungkas dia.

(Ahmad Mufid Aryono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya