SOLOPOS.COM - Ilustrasi ikan di keramba nelayan Sragen di Waduk Kedung Ombo mati. Foto kejadian pada 2016.(Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sejumlah nelayan di Dukuh Gunungsono, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Sragen, merugi. Pasalnya ratusan ton ikan yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo keracunan residu alias ampas makanan.

Ikan yang sudah mati dalam kondisi perut mengembung itu diangkut ke daratan. Setelah itu, ikan langsung dikubur supaya tidak mencemari lingkungan. Sementara ikan yang bisa diselamatkan dijual kepada konsumen dengan harga murah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tahun Ajaran Baru, Ini Sederet Sekolah di Soloraya yang Mulai KBM Tatap Muka

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam situasi normal, harga jual ikan nila Rp30.000/kg. Tetapi kali ini para petani hanya menjual ikan nila seharga Rp5.000/kg.

“Ikan yang kelabakan [nyaris mati] masih bisa diselamatkan, tapi harga jualnya anjlok sekali. Dengan harga jual ikan nila Rp5.000/kg, sudah pasti nelayan rugi besar. Mudah-mudahan iklimnya segera bersahabat dengan nelayan sehingga mereka tidak terus merugi seperti ini,” terang Kepala Desa Gilirejo, Parjo, kepada Solopos.com, Senin (13/7/2020).

Tidak Ada Zona Hitam Pada Zonasi Covid-19 di Indonesia, Apa Status Solo?

Rugi Puluhan Juta

Sejumlah nelayan di Dukuh Gunungsono, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Sragen, yang merugi akibat ikan yang mati keracunan di Waduk Kedung Ombo antara lain Ngadimin, Parno, Basirun dan lain-lain. Parjo mengatakan Ngadimin mengalami kerugian paling besar akibat matinya ikan di WKO.

Dalam kondisi normal, seharusnya ia bisa menjual seluruh ikan yang selesai dipanen seharga Rp80 juta. Namun, kali ini dia hanya bisa menjual ikan seharga Rp8 juta. Sebagian besar ikan nila yang ia budidayakan mati akibat keracunan residu.

Hla mau bagaimana lagi, kalau sudah mati keracunan dalam hitungan menit, perut ikan itu sudah menggembung. Setelah itu, ikan jadi mudah busuk sehingga tak bisa dijual lagi,” sambung Parjo.

Daleeem… Ini Arti Nama Unik Dita Leni Ravia Si Remaja Cantik Asli Gunungkidul 

Diberitakan sebelumnya, ikan di WKO mati keracunan selama empat hari terakhir. Ratusan ton ikan itu mati akibat endapan ampas makanan di dasar waduk naik ke permukaan setelah diterpa angin kencang.

“Karena residu yang jadi ampas makanan ikan itu naik, maka air di permukaan jadi keruh sehingga ikan mati keracunan. Matinya iklan di WKO itu sudah terjadi setiap tahun, terutama di musim kemarau,” papar Parjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya