SOLOPOS.COM - Ibu-Ibu Dusun Kalipucang, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul sedang membungkus daging kurban dengan menggunakan kreneng di halaman masjid Al-Furqon. Senin (12/9/2016). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Iduladha 2016 ini, masyarakat Dusun Kalipucang, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul menggunakan kreneng sebagai wadah daging kurban

Harianjogja.com, BANTUL– Demi mengurangi sampah plastik dan sekaligus melestarikan tradisi. Masyarakat Dusun Kalipucang, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul menggunakan kreneng sebagai wadah daging kurban untuk dibagikan ke masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebanyak 22 iratan bambu dianyam renggang. Sebelas disusun secara horizontal, sedangkan sebelas lainya disusun secara vertikal. Hanya dalam waktu lima menit kemudian jadilah sebuah keranjang yang dapat digunakan mewadahi suatu barang.

Kranjang yang dianyam renggang tersebut kemudian disebut dengan nama kreneng oleh warga. Biasa warga memanfaatkan kreneng sebagai wadah pembungkus gerabah.

Ekspedisi Mudik 2024

Ditangan warga Kalipucang, kreneng dimanfaatkan sebagai pengganti plastik untuk mewadai daging hewan kurban yang akan dibagikan kepada masyarakat.

Sebelumnya, Senin (12/9/2016), sebanyak dua ekor sapi dan dua ekor kambing selesai dikuliti. Ibu-ibu terlihat tekun memotong daging dari hewan kurban tersebut. Usai dipotong, daging ditimbang dan kemudian diwadahi kedalam kreneng. Setiap 1,5 kilogram daging yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kreneng yang telah dilapisi daun jati.

Ide penggunaan kreneg sebagai pembungkus daging kurban ini diinisiasi oleh Abdul Syukur. Abdul merupakan seorang seniman yang yang mengaku fokus terhadap isu lingkungan.

Dia ingin mengurangi pengunaan plastik yang cenderung merusak lingkungan karena sulit untuk didaur ulang. Pengunaan kreneng, dengan daun jati menurut dia lebih ramah lingkungan.

Daun jati yang sengaja digunakan melapisi kreneng kata dia memiliki makna tersendiri. Daun jadi adalah lambang kesejatian, yang menurutnya sesuai dengan makna berkurban sebagai manusia sejati.

Dia bercerita ketika awal tinggal di Dusun Kalipucung tiga tahun lalu. Kreneng sebagai suatu produk seni tradisi sudah mulai ditinggalkan oleh warga sekitar.

Padahal Dusun Kalipucung merupakan salah satu dusun yang terkenal dalam menghasilkan kreneng. Kreneng yang dahulu digunakan oleh para nenek moyang sebagi wadah belanja atau barang lainya sudah berganti dengan wadah plastik.

Berdasarkan kegelisahan itu Abdul mengajak masyarakat untuk kembali memanfaatkan kreneng, salah satunya saat Hari Raya Kurban. Sudah sejak tahun lalu masjid Al- Furqon Dusun Kalipucang menjadikan kreneng sebagai wadah daging saat hari Raya Kurban.

Satu hari sebelum Hari Raya Kurban, ibu-ibu berkumpul, membuat kreneng. Salah seorang warga bernama Rejeb, yang biasa berjualan kreneng di pasar Giwangan menyumbang bahan baku iratan bambu.

Ibu-ibu yang datang ke masjid kemudian tinggal mengayam saja. “Biasanya mengayam satu kreneng itu rata-rata memerlukan waktu lima menit,” ujar Rejeb.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya