SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X saat acara Peresmiaan Pemanfaatan Sarana Air Minum Program Pamsimas II se Kabupaten Bantul, di Dusun Kersan, Triwidadi, Pajangan, Bantul, Senin (21/3/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Semangat berkurban, hendaknya tidak hanya diimplementasikan saat Hari Raya Iduladha saja.

Harianjogja.com, JOGJA – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pesan tentang hidup sederhana dan terus menggelorakan semangat berkurban. Hal itu disampaikan dalam perayaan Hari Raya Iduladha 2016 di Alun-Alun Utara, Kota Jogja, Senin (12/9/2016) pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Raja Ngayogyakarta ini berpesan, semangat berkurban, hendaknya tidak hanya diimplementasikan saat Hari Raya Iduladha saja, namun juga pada hari-hari lain untuk berkurban. Dengan semangat itu diharapkan, menemukan kembali kehidupan yang lebih beradab dan bisa menyelesaikan segala persoalan bangsa di era saat ini. “Perlu menemukan kembali Indonesia yang hilang dari semangat berkurbannya,” ungkap Sultan dalam sambutannya, Senin (12/9/2016) pagi.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkurban, tidak hanya sekedar harta, benda, jiwa raga atau nyawa. Akan tetapi, saat ini perlu semangat berkurban untuk memutuskan memilih kehidupan yang lebih bersahaja dan sederhana. Sultan mengangkat contoh tokoh nasional terdahulu yang memiliki semangat dalam kesederhanaan. Seperti Muhammad Natsir yang masih mengenakan jas dalam kondisi robek dan hanya memiliki kursi tua. Serta Bung Hatta yang tak mampu membeli sepatu Bally dan Bung Karno yang pernah memiliki utang kepada kepada Karim Oei sejumlah 80 gulden.

Para tokoh tersebut mampu bertindak sangat sederhana ketika mendapat amanah menjadi penyelenggara negara. “Indonesia dengan sederet tokoh pergerakan yang visioner dan mampu menjalin hubungan antartokoh sedemikian eratnya,” paparnya.

Akan tetapi, seiring perubahan zaman, membuat perilaku politisi di era saat ini berubah total. Banyak di antara oknum yang justru menjauh dari nilai keluhuran seperti yang dicontohkan para pendahulu, dengan mengarah ke konflik dan permusuhan. “Berbeda pada zaman dahulu meski ada pergulatan, akantetapi semangat kebangsaan, persahabatan, selalu dengan mengedepankan kepentingan rakyat,” tegas dia.

Sementara itu, salat Iduladha di Alun-alun Utara, Senin (12/9/2016) dihadiri ribuan jamaah dengan Imam dan Khatib yaitu ustaz Taufiqurrahman. Setelah menjalankan salat Iduladha, warga kemudian mendatangi Masjid Gede Kauman untuk mengikuti penyembelihan hewan kurban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya