SOLOPOS.COM - TPA PUTRI CEMPO -- Aktivitas keseharian di TPA Putri Cempo, Solo. Rencana pelelangan proyek pengelolaan TPA ini harus kembali ke tahap awal akibat dokumen lelang yang dinbilai tak layak. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul menyebut sapi yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Piyungan diduga tercemar logam berat. Bertahun-tahun lamanya, daging yang berasal dari sapi di TPAS Piyungan dikonsumsi warga DIY.

Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertanhut Bantul Witanta menyatakan dugaan mengandung zat logam berat karena sapi mengonsumsi sampah di TPAS Piyungan. Padahal TPAS itu menampung berbagai macam sampah yang dicampur menjadi satu mulai dari organik sampai anorganik seperti logam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sampah-sampah logam dan plastik itu kalau dikonsumsi [sapi] berbahaya. Kalau sampah organik enggak apa-apa,” jelas Witanta, Senin (22/9/2014).

Sapi yang mengonsumsi sampah anorganik itu dikhawatirkan menimbulkan penumpukan logam berat di dalam tubuh. Padahal, daging dan jeroan sapi itu pada akhirnya dikonsumsi manusia. Bila daging tersebut dikonsumsi terus menerus, dapat mengakibatkan kanker pada manusia.

Namun, Witanta mengaku belum ada penelitian ilmiah terhadap kandungan logam berat dari ribuan sapi tersebut yang dilakukan instansinya. Dispertanhut juga belum pernah mengetes kesehatan terhadap sapi di TPAS Piyungan setiap menjelang Iduladha. Saat permintaan hewan sapi meningkat. Sejatinya, kata dia, kandungan zat logam berat di dalam tubuh sapi itu dapat dinetralkan.

“Caranya dikarantina selama tiga bulan dengan memberi pakan rumput biasa. Baru disembelih dan dikonsumsi manusia,” papar Witanta.

Warga TPAS Piyungan, Slamet Amir Suyoto, menyebut sedikitnya ada 1.500 ekor sapi yang kini tersebar di TPAS Piyungan. Setiap hari, sapi-sapi itu berebut sampah dengan para pemulung. Sapi-sapi itu dijual ke para belantik. Dari belantik, sapi disembelih dan diedarkan ke pedagang eceran di DIY. Sebagian sapi juga dijual ke luar daerah. Dalam sebulan sedikitnya 10 ekor sapi dari TPAS Piyungan dijual ke belantik.

Saat hari raya kurban, dalam sebulan sapi yang dijual dan disembelih mencapai 20 ekor. Peredaran daging sapi dari TPAS Piyungan itu sudah berlangsung bertahun-tahun.

“Saya tahun lalu juga beternak sapi tapi sekarang enggak lagi. Dijual untuk membiayai anak sekolah,” kata Slamet.

Pada 2002, menurut Slamet pernah ada semacam pemeriksaan terhadap sapi-sapi TPAS Piyungan dari Pemerintah Kabupaten Bantul. amun, saat ini kegiatan semacam itu sudah tidak ada lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya