SOLOPOS.COM - Seekor sapi limosin milik Supono, warga Kampung Menjing, Pandeyan, Ngemplak, Boyolali memiliki bobot 1,2 ton. Sapi itu dilepas dengan harga Rp75 juta. Foto diambil Kamis (1/9/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Idul Adha 2016 kali ini di Boyolali terdapat seorang peternak yang memiliki sapi seberat 1,2 ton.

Solopos.com, BOYOLALI – Menjelang Hari Raya Idul Adha, sapi-sapi milik Supono selalu dilirik banyak orang. Bukan karena banyaknya sapi yang ia pelihara, melainkan karena sapi milik warga Kampung Menjing, Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, ini selalu berukuran jumbo. Ada yang bobotnya tujuh kuintal, delapan kuintal, hingga 12 kuintal alias 1,2 ton.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang paling besar ini beratnya 1,2 ton. Jenisnya limosin. Ditawar jagal Rp65 juta. Tapi tak saya lepas,” ujar pria 67 tahun ini saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Kamis (1/9/2016).

Jumlah sapi Supono di rumahnya tak terlalu banyak. Paling banyak hanya tujuh ekor. Tahun ini, Supono hanya merawat empat ekor sapi saja. Tiga ekor sapi sebelumnya, rupanya sudah dijual dan laku Rp241 juta.

“Saya pingin punya mobil. Jadi saya jual sapi,” kisahnya. Di teras rumahnya yang sederhana itu, terlihat sebuah Avanza warna hitam masih kinyis-kinyis. “Beli Avanza ternyata cukup tiga ekor sapi masih sisa,” sambungnya dengan enteng.

Di Desa Pandeyan, Supomo cukup dikenal sebagai peternak sapi bertangan dingin. Setiap anakan sapi yang dia beli di pasar hewan, sebagian besar tumbuh dan berkembang menjadi sapi jumbo. Tentu saja, setelah ia pelihara 1-2 tahun. Supono tak mempekerjakan pembantu atau tukang cari rumput. Ia hanya dibantu istrinya, Tuminah, 58, untuk memberi makan, minum dan merawatnya.

“Ketimbang [Daripada] garap sawah, saya pilih ternak sapi. Hasilnya lumayan begini ketimbang garap sawah,” akunya.

Tak ada resep khusus bagi Supono untuk membuat sapi-sapinya berbobot fantastis. Sama seperti peternak lainnya, Supono juga memberi makan sapinya dengan konsentrat, bekatul, brand, serta jagung. Cuman, kata dia, jika sapi tumbuh dewasa setiap harinya ia harus merogoh kocek tak kurang Rp50.000/ ekor. “Kalau saya punya empat ekor, ya tinggal mengalikan saja,” ujarnya.

Beberapa tahun lalu, sapi limosin Supono laku Rp80 juta. Beratnya sekitar 1,4 ton. Sapi itu menjadi juara I lomba sapi tergemuk di Boyolali. Kali ini, meski tak ada kontes sapi tergemuk, namun ia telah menyiapkan sapi seberat 1,2 ton untuk menyambut Lebaran Idul Adha. “Kalau ada yang mau nawar Rp75 juta, saya kasihkan langsung sapi ini,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Peternak Sapi Indonesia (Aspin) Boyolali Suparno, mengatakan setiap musim haji tiba, peternak sapi Boyolali selalu menyiapkan sapi-sapi berkualitas, tak terkecuali sapi jumbo. Untuk sapi dengan bobot normal dan siap potong, kata dia, harganya berkisar Rp17,5 juta-Rp22 juta. Ada pun sapi siap potong dengan bobot 1 ton lebih, harganya berkisar Rp71 juta-Rp75 juta.

“Tahun ini, kami berharap, pihak istana bisa memesan sapi jumbo dari Boyolali. Ada banyak stok sapi jumbo di Boyolali, antara lain di Ngemplak dan Banyudono,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya