SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/dok)

Idul Adha 2016 kali ini Dinas Peternakan Sragen mewaspadai penyakit antraks pada hewan kurban.

Solopos.com, SRAGEN—Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen mewaspadai beredarnya hewan kurban yang terjangkit penyakit antraks. Penyakit yang bisa menular pada manusia itu pernah menyerang beberapa sapi di wilayah Miri pada 2010 silam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

”Penyakit yang perlu diwaspadai pada hewan kurban adalah zoonosis yang bisa menular ke manusia seperti antraks dan diare,” kata Plt Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari kala ditemui wartawan saat menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke salah satu lokasi penjualan kambing kurban di Jl. Dr. Soetomo Sragen, Senin (29/8/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Eka Rini mengakui penyakit antraks pernah menjangkiti beberapa ekor sapi di wilayah Miri yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali pada 2010 silam.

Sejak saat itu, tidak lagi ditemukan hewan yang terjangkit penyakit mematikan tersebut. Meski begitu, penyakit antraks pada hewan kurban perlu diwaspadai. Pasalnya, peredaran hewan kurban semakin tinggi jelang Hari Raya Idul Adha.

”Perputaran hewan ternak itu besar sekali. Hewan yang masuk dan keluar itu harus diawasi. Kami perlu mengecek kondisi hewan kurban. Termasuk sapi kurban yang didatangkan dari NTB dan Bali. Itu nanti kita awasi,” jelas Eka Rini.

Eka Rini menjelaskan gejala penyakit antraks ditandai dengan demam tinggi pada hewan ternak. Biasanya demam itu disertainya pendarahan di beberapa titik seperti mulut, mata, anus. Kematian ternak yang terjangkit antraks biasanya berlangsung cepat.

”Salah satu upaya kami untuk mencegah ternak terjangkit antraks ialah dengan memberikan vaksin kepada ternak-ternak di daerah yang pernah ada temuan penyakit ini,” terang Eka.

Sidak yang digelar Dinas Peternakan dan Perikanan itu difokuskan pada sentra penjualan kambing kurban di Jl. Dr. Soetomo Sragen dan kawasan Pengkok, Kedawung. Berdasar hasil pemeriksaan, masih ditemukan beberapa hewan kurban yang belum memenuhi persyaratan yang disyariatkan. Beberapa hewan kurban diketahui belum powel giginya, diare, dan berpenyakit belek.

”Kami meminta hewan kurban yang belum memenuhi persyaratan syar’i itu disendirikan. Hewan itu jangan dijual. Kalau giginya belum powel berati kambing itu belum bisa dijadikan kurban. Kalau matanya beleken dan diare berarti hewan itu berpenyakit. Syarat hewan kurban itu harus sehat dan tidak boleh ada cacat fisik. Untuk penyakit belek dan diare masih bisa disembuhkan dengan obat,” terang Eka.

Romadhon, 42, seorang penjual hewan Kurban asal Plupuh mengaku baru menyadari ada kambing yang belum powel giginya. Dia pun berjanji untuk tidak menjual kambing itu. Dia berterima kasih kepada Dinas Peternakan dan Perikanan yang bersedia memberi obat belek dan diare serta vitamin supaya kambing kurban yang dijualnya tetap sehat. ”Ada beberapa kambing kami yang disuntik vitamin supaya tetap sehat jelang disembelih pada hari raya,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya