SOLOPOS.COM - Warga berebut gunungan estri saat acara Grebeg Besar di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Selasa (15/10/2013). Gunungan yang berisi rengginang tersebut diarak dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Solo untuk didoakan dan kemudian direbutkan warga. (JIBI/SOLOPOS/Maulana Surya)

Solopos.com, SOLO — Gunungan Gerebeg Besar, Selasa (15/10/2013), di kawasan Keraton Solo, diperebutkan ratusan orang.

Warga bersiap masuk ke teras Masjid Agung Solo kala menyaksikan iring-iringan sepasang gunungan Grebek Besar memasuki area masjid, Selasa (15/10), siang.  Diteras itu, puluhan orang berpakaian adat jawa menyambutnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Arak-arakan prajurit Keraton Solo yang berpakaian warnai hitam, merah dan biru mengawali acara grebeg Syawal. Dengan diiring tabuhan drum band khas Keraton Solo, masing-masing prajurit yang diberi nama

Tamtama, Prawiro Anom, Jayeng Astro, Sorogeni, Joyosuro berjalan dari  halaman Keraton Solo menuju Masjid Agung Solo.

Di belakang puluhan prajurit itu, dua gunungan besar yang diusung beberapa abdi dalem diarak. Dua gunungan itu masing-masing bernama jaler dan estri. Gunungan berbentuk lancip menyerupai tumpeng yang berisi berbagai sayuran seperti kacang, wortel dan terong itu bernama jaler. Sedangkan gunungan estri berbentuk agak bulat menyerupai kubah berisi rengginang.

Sepasang gunungan itu lalu didoakan di teras masjid. Sejurus kemudian, puluhan orang langsung merangsek dan berebut gunungan jaler, termasuk Karsiyem, 65, perempuan tua yang sedari pagi hari menunggu. Tubuh Karsiyem yang renta seolah tak dirasa.

Nenek asal Bekonang, Sukoharjo ini rela berdesak-desakan memerebutkan gunungan hasil bumi. Namun dia lega, sebungkus nasi dan kacang-kacangan berada dalam genggamannya. “Alhamdulillah, saya dapat banyak,” papar Karsiyem dengan raut wajah berbinar saat ditemui Solopos.com, di lokasi.

Karsiyem bukan kali pertama mengikuti acara garebek, tiap tahun dia tak pernah absen dari acara serupa baik acara Grebeg Syawal dan Grebeg Mulud. Dalam keyakinannya, segala makanan yang diarak dalam garebek membawa berkah. “Ini mau saya makan di rumah. Sisanya untuk makan pitik. Sedangkan kacang-kacangan ini buat campuran makanan. Saya ngalap berkah, karena makanan ini dari Keraton,” tuturnya polos.

Keberkahan berebut makanan dari garebek juga diyakini Suyatmi, 38. Perempuan asal Sukoharjo ini berencana memasak nasi yang diperolehnya untuk jaga kesehatan tubuh. “Dengan memakan ini, tubuh jadi sehat. Tidak sakit-sakitan,” jelasnya.

K.G.P.H Puger menyatakan garebek besar merupakan hajat dalem Keraton Solo yang digelar tiap peringatan hari besar Islam. “Kegiatan adat yang sudah ada sejak turun temurun tetap digelar. Keraton tidak pernah meninggalkan sedikit pun upacara adat itu,” jawabnya.

Ketua Takmir Masjid Agung Solo, Slamet Aby, mengatakan kegiatan Grebeg Besar untuk memeriahkan Hari Raya Idul Adha. “Acara ini mengandung filosofi bahwa antar agama dan budaya tidak ada pertentangan di dalamnya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya