SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Rumah bercat warna kuning di pojok simpang jalan di wilayah RT 007/RW 003 Dukuh Gumukrejo, Desa Kebongulo, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (11/10/2018) siang itu sepi, kosong tak berpenghuni.

Rumah itu sebelumnya dihuni tiga orang sekeluarga, yaitu Novi Septiyani, 22, dan Handoko, 36, serta L, 4, buah dari perkawinan keduanya. Novi meninggal dunia Minggu (30/9/2018) lalu di rumah itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sedangkan Handoko tak lagi tinggal di rumah itu sejak ditahan di Mapolres Boyolali karena menjadi tersangka pembunuhuan istrinya tersebut. Sementara itu, L kini tinggal di rumah orang tua Novi, Bulyadi, 55, tak jauh dari rumahnya.

L kini menjalani hidup yang tidak mudah. Selain tak bisa lagi berbagi keceriaan dengan ibunya, L juga tak lagi bisa bercanda dengan ayahnya, setidaknya untuk jangka waktu lama.

Untuk mengisi waktu sepulang sekolah di PAUD, L kini lebih sering berada di kamar neneknya, mewarnai gambar atau melakukan kegiatan lain yang disukai gadis cilik ini. Sesekali, L keluar bermain dengan teman-teman sebayanya.

Istri Bulyadi, Lestari, 50, yang juga nenek L mengatakan L sudah mengetahui ibunya telah tiada. Namun, entah karena lupa dengan fakta itu atau merasa kehilangan, hingga saat ini L masih sesekali memanggil ibunya.

Apalagi jika dia terkena sesuatu yang membuatnya merasa sakit. “Ya kadang kalau kesandung masih merengek dan memanggil ibunya. Lalu saya ingatkan lagi bahwa ibunya [Novi] sudah pergi ke surga,” ujar Lestari saat ditemui di kediamannya, Kamis.

Menurut Lestari, L saat ini sudah lebih mengerti bahwa ibunya tidak akan kembali. Hal ini berbeda dibanding saat awal-awal ibunya meninggal. Saat itu, L mengatakan tak rela ibunya dikubur.

“Kalau ibu ke surga seharusnya tidak dikubur. Seharusnya ibu naik pesawat terbang,” ujarnya polos seperti ditirukan Lestari yang akrab disapa Tari ini.

Di sisi lain, L juga sudah hampir sepekan ini berpisah dengan ayahnya, Handoko. Menurut Tari, L juga kerap menanyakan keberadaan ayahnya yang kini tidak pernah terlihat di rumah.

Untuk menjawab pertanyaan L, Tari mengatakan Handoko sedang bekerja di tempat yang jauh dan akan pulang dalam waktu lama.

Sementara itu, bagi Tari, menghadapi anak seusia L yang masih banyak bertanya itu tidaklah mudah. Selain tidak bisa mengatakan hal sebenarnya demi menjaga kondisi psikisnya, pertanyaan L juga mengingatkan kembali kenangan tentang Novi, putri keduanya itu.

“Saya kadang sedih kalau harus jawab pertanyaannya,” kata Tari sambil menunduk.

Sementara itu, salah satu kerabat Tari, Trio Slamet, 66, mengatakan meski masih dilanda kesedihan mendalam atas meninggalnya Novi namun Tari terbilang tabah.

“Dia cukup tabah dibandingkan suaminya. Bulyadi masih sangat shock sampai sekarang. Dulu saja waktu tahu Novi meninggal, dia berkali-kali pingsan. Ini saja sekarang dia [Bulyadi] tadi pamit pergi ke ladang untuk menghibur diri,” ujarnya.

Sebagaimana diinformasikan, Novi meninggal dunia pada Minggu (30/9/2018) malam setelah terlibat cekcok dengan suaminya, Handoko. Diduga Novi dipukul hingga jatuh tengkurap dan tak pernah bangun lagi.

Awalnya Handoko pura-pura tak tahu penyebab kematian istrinya. Namun, kondisi Novi yang lebam-lebam menimbulkan kecurigaan di kalangan keluarga dan tetangga hingga akhirnya polisi menyelidiki dan membongkar kembali makam Novi untuk diautopsi.

Hasil autopsi dan keterangan para saksi membuat Handoko tak bisa lagi berkilah dan akhirnya mengakui perbuatannya. Kini, pria yang hobi karaoke itu mendekam di sel tahanan Mapolres Boyolali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya