SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu hamil trisemester pertama. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Tidak sedikit ibu hamil trisemester pertama ingin melakukan puasa namun terhalang kekhawatiran adakah efeknya terhadap janin di kandungan? Simak ulasannya di tips kehamilan kali ini.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Muhammad Fadli, SpOG merujuk studi yang dipublikasikan menyatakan pada ibu hamil yang berpuasa pada trimester pertama ternyata memiliki efek terhadap janin di kandungan. Hasil studi ditemukan risikonya adalah bayi mereka terlahir kecil.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pada wanita hamil sehat dengan nutrisi tercukupi, maka puasa tidak berdampak dalam pertumbuhan janin atau waktu taksiran persalinan. Namun, ada risiko 1,5 kali lipat untuk bayi terlahir kecil apabila berpuasa di trimester pertama. Trimester pertama itu, di bawah usia kehamilan 14 minggu dan biasanya keluhannya tidak begitu nyaman, rasa mual dan muntah,” ujar dia seperti dikutip dari Antara pada Jumat (1/4/2022).

Fadli yang tergabung dalam Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menuturkan, trimester satu yakni usia kehamilan 0 pekan sampai 13 pekan. Ini masa terbentuknya organ janin seperti jantung, sistem saraf pusat, mata, organ genitalia dan lainnya.

Baca Juga: Ibu Hamil Positif Covid-19, Apakah Dampaknya Terhadap Janin?

Trisemester pertama merupakan trimester krusial bagi perkembangan janin sehingga perlu dipikirkan efeknya saat ibu hamil memutuskan melakukan ibadah puasa. Namun karena perubahan hormon dan level hormon yang sangat tinggi, trimester satu sering dinyatakan sebagai trimester yang paling tidak nyaman, karena keluhan pada ibu bisa berupa mual, muntah dan perdarahan pervaginaan dari skala ringan hingga berat sehingga ada beberapa yang harus dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam BMC Pregnancy and Childbirth pada April 2019 memperlihatkan, ibu hamil yang berpuasa pada trimester kedua yakni usia kehamilan 13-26 pekan ternyata justru memiliki manfaat. Ditemukan hasil terdapat penurunan risiko terkena penyakit gula saat kehamilan.

Pada trimester kedua biasanya ibu merasa lebih nyaman. Pada trimester ini ibu hamil dapat kesempatan liburan atau sering disebut baby moon.

Baca Juga: Apakah Vaksin Booster Covid-19 Aman Bagi Ibu Hamil?

“Ini sesuatu kabar yang sangat baik. Ibu hamil kenaikan berat badannya harus dijaga. Kalau kenaikannya tidak terjaga, akan ada risiko penyakit gula pada saat kehamilan yang bisa mengganggu ibunya dan maturitas organ janin,” kata Fadli.

Untuk mengetahui angka rekomendasi kenaikan berat badan saat hamil, ibu terlebih dulu harus mengetahui indeks massa tubuhnya (IMT) dengan cara menghitung berat badan dalam satuan kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

IMT di bawah 18,5 maka kenaikan berat badan 12,5-18 kg hingga ibu melahirkan. IMT 18-24,9 kenaikan berat badan yang diharapkan 11,5-16 kg. Sementara bila IMT di atas 30, maka kenaikan berat badan sebaiknya 5-9 kg.

“Bila BMI 24 maka kenaikan berat badan sampai lahiran nanti sekitar 11-16 kg. Jadi kalau dibagi rata-rata per bulan kurang lebih 1,5 kg kenaikan berat badan ibunya. Kalau kenaikan kurang dari harapan ada kekhawatiran bayi yang lahir akan lebih kecil,” ujar Fadli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya