SOLOPOS.COM - Aryani Wahyu/Istimewa

Solopos.com, SOLO -- Pada era teknologi audio dan visual saat ini, seorang anak tak perlu menunggu hingga dewasa untuk memainkan jari mungil memilih konten yang disukai melalui gawai. Para digital natives tumbuh tak hanya mendengar suara orang tua, anggota keluarga terdekat, namun juga tokoh superhero, tokoh virtual lain, yang menguasai layar digital dalam genggaman.

Keragaman media membantu memperkaya ragam kosakata anak, namun ada hal yang tak tergantikan. Tatapan, interaksi hangat, serta perbincangan intim penuh cinta tak dapat disediakan oleh perangkat digital. Fondasi yang terpenting untuk menumbuhkan generasi yang literat berada di sekitar kita.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Fondasi tersebut adalah kekuatan kata dan cerita. Kegiatan bercerita membuat rumah menjadi hangat dan menjadi lingkungan tumbuh-kembang yang menyehatkan dan menyenangkan bagi anak-anak. Cerita berlimpah di sekitar kita, hanya perlu mengemas dan menyampaikan dengan sepenuh cinta.

Saya sebagai ibu biasa memulai dengan menceritakan apa saja yang saya alami, perasaan saya, dan apa saja yang saya lakukan sehari itu. Meskipun anak belum memahami, saya yakin mereka belajar mengenal beragam ekspresi wajah dan emosi selagi saya bercerita.

Saya selalu menyempatkan mencari waktu membacakan buku cerita kepada anak-anak, masing-masing berusia tiga tahun dan dua tahun. Yang tidak sering kita sadari bahwa kemampuan membaca tak serta-merta otomatis menimbulkan minat membaca juga pada anak-anak.

Mengenalkan buku bacaan atau buku cerita anak pada tahap awal tak bisa dipisahkan dari peran bahasa lisan dalam lingkup keluarga. Dalam perspektif sosiolinguistik, kemampuan berbahasa anak dicapai melalui interaksi sosial. Isabel (1979) meneliti dua kelompok anak berusia tiga tahun sampai enam tahun yang didongengkan dengan frekuensi berbeda.

Kelompok A diceritakan satu dongeng tiga kali dalam sepekan. Kelompok B diceritakan beberapa dongeng tiga kali juga dalam sepekan. Setelah tiga pekan, anak-anak kelompok B mampu menceritakan kembali sebuah cerita dengan lebih detail, menggunakan alur cerita yang kompleks, dengan kosakata yang lebih kaya dibandingkan kelompok A.

Penelitian ini membuktikan kegiatan bercerita meningkatkan kemampuan berbahasa dan menyiapkan anak belajar membaca (Sofie Dewayani dan Roosie Setiawan, Saatnya Bercerita: Mengenalkan Literasi Sejak Dini, 2018). Membacakan buku bergambar atau dongeng menjadi kegiatan saya sehari-hari.

Membacakan buku bergambar saya rasa memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat membaca. ”Ibadah” membaca ini seperti wajib hukumnya dan masuk sebagai kegiatan harian. Sengaja saya dan suami sepakat meletakkan buku di mana saja di sudut rumah.

Dalam kegiatan literasi, kita yang dewasa perlu mengingat bahwa tujuan utama memperkenalkan buku bacaan adalah menumbuhkan minat anak terhadap buku. Kegiatan dengan buku perlu dilakukan dengan memerhatikan minat dan rentang perhatian anak. Kegiatan yang terlalu dipaksakan dan mengabaikan ekspresi kelelahan dan kebosanan dalam sikap anak dapat menimbulkan efek traumatik bagi anak.

Menurut saya membacakan buku cerita atau dongeng kepada anak-anak menjelang tidur kurang tepat. Tak masuk akal berharap cerita yang kita bacakan akan dibawa ke dalam mimpi yang indah dan berakhir bahagia seperti dalam kisah dongeng yang kita bacakan. Banyak buku cerita anak yang saya jumpai di toko buku menawarkan judul sebagai pengantar tidur.

Program Pemerintah

Membacakan buku atau mendongeng ternyata bukan masalah ibu atau keluarga saja, sebab pemerintah gencar membuat beberapa program yang sepertinya kurang terlihat hasilnya. Pemerintah mengingatkan cara membaca melalui acara bincang-bincang Gemar Membaca di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Jawa Tengah (Suara Merdeka, 23 November 2019).

Perlu banyak cara kreatif mengenalkan anak agar gemar membaca buku. Kemampuan itu bukan dihasilkan secara otomatis, misalnya diajak ke toko buku kalau ke mal atau orang tua di rumah bisa memberi contoh membaca buku. Demikian kata Najwa Shihab selaku Duta Baca Indonesia yang menjadi pembicara dalam acara tersebut.

Mengajak gemar membaca buku tak cukup hanya dengan acara-acara yang diadakan pemerintah yang cenderung formal. Saya tidak sewot atau cemburu. Saya masih berusaha menjadi ibu yang selalu membacakan cerita untuk anak-anak. Membacakan buku memang bukan pekerjaan berjenjang karier, bukan profesi.

Saya hanya seorang ibu yang mempunyai tubuh sebagai media bercerita. ”Ibadah” saya menjadi ibu tak hanya cukup memasak, membereskan rumah, dan mencuci. Membacakan buku cerita untuk anak, saya anggap sebagai ”ibadah” yang bobotnya sebesar gunung.

Selain melawan ego pribadi dari rasa lelah dan kantuk setelah seharian di luar rumah, ada hal yang harus kita torehkan dalam ingatan dan lanjutkan kepada anak-anak. Gerakan-gerakan yang meniru adegan dalam cerita saya lakukan agar cerita mengesankan. Artinya, saya menjadi seorang aktor dadakan.

Entah itu dengan membuat suara dedaunan yang tertiup angin, suara nyanyian burung, siulan angin, apa pun itu, yang penting bersuara. Anak-anak suka efek suara. Efek-efek yang membuat dongeng lebih seru pasti disukai. Saya harus mengetahui isi cerita yang akan saya bacakan karena  penting untuk merencanakan intonasi, gestur, dan dramatisasi suara saat membacakan untuk anak.

Sering pula ketika sedang asyik bercerita tumpukan buku yang lain ikut diambil, dibuka, dirobek, atau bahkan digigit. Jika mereka ingin mencoba menggigit buku, biarkan, tapi pastikan bukunya bersih. Buku bantal yang terbuat dari kain bisa menjadi alternatif.

Acap kali saya ikut menggigit buku ketika ceritanya tentang ulat yang sedang kelaparan, membuat bunyi seakan-akan ulat sangat senang bisa memakan daun atau main-main dengan akan menggigit pula tangan si kecil. Gelitiki perut si kecil seakan-akan mendemonstrasikan kepakan sayap kupu-kupu. Tubuh saya sebagai media cerita, misalnya seperti ada adegan naik kuda dalam buku. Itulah yang saya lakukan.

Guling sebagai kuda. Suara saya berubah menjadi suara kuda yang meringkik, kadang berubah menjadi derap langkah kuda yang memburu. Kuda berdiri dengan empat kaki. Saya peragakan bagaimana kuda berbunyi, bagaimana kuda menendang dengan kaki belakang.

Saya tunjukkan kepada si kecil bahwa buku bisa jadi menyenangkan dan ”hidup”. Yang diperlukan hanya sedikit imajinasi dan kemauan. Mengajak si kecil ikut berinteraksi dengan sesekali berhenti sejenak dari tengah-tengah cerita dan bertanya kepadanya.

Pemerintah ingin menunjukkan diri peduli kepada keluarga dan anak-anak. Pemerintah membuat acara agar masyarakat gemar membaca dan orang tua membacakan buku untuk anak-anak. Contohnya pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam Hari Mendongeng Nasional, 26 November 2019, di Jakarta,

“Apa maknanya mendongeng dan membaca itu? Maknanya adalah agar adik-adik semua senang dan mencintai cerita dan mencintai buku. Karena dari cerita itulah kita menciptakan imajinasi dan dari situlah kita berlatih jadi kreatif,” begitu kata Nadiem Makarim (Republika, 27 November 2019).



Nadiem mengatakan berbagai hal di dunia tak akan terjadi tanpa diawali imajinasi. Karena itulah, kemampuan berpikir dan berimajinasi adalah kunci dari kesuksesan pada masa depan. Ia meminta kepada orang tua untuk membacakan dongeng kepada anak-anak. Ia meminta itu dilakukan setiap malam dan tak hanya ibu yang harus membacakan, bapak juga harus berpartisipasi.

Bersama Keluarga

Mendidik anak tak hanya tugas seorang ibu tapi juga tugas seorang bapak. Keduanya harus bersinergi dalam mendidik anak, terlebih saat membacakan cerita-cerita atau dongeng yang bermanfaat. Belum semua keluarga menerapkan hal ini. Konvensi di masyarakat sewajarnya seorang bapak pada pagi membaca koran, sambil minum kopi, dan merokok kemudian bersiap berangkat kerja mencari nafkah.

Pada sore hari pulang sudah letih sehingga bapak terasa kurang berelasi dalam keluarga. Apakah sudah sewajarnya ibu saja sebagai juru dongeng atau duta baca untuk anak? Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Solo, Sis Ismiyati, menjelaskan acara Pemilihan Duta Baca Solo 2019 digelar untuk memajukan dan menumbuhkan minat membaca masyarakat di Kota Solo (Solopos, 23 November 2019).

Panitia menentukan tiga kategori duta baca, yakni Duta Baca Solo 2019 kategori putra, Duta Baca Solo 2019 kategori putri, serta Bunda Baca Solo 2019. Kenapa tak ada kategori Bapak Baca Solo 2019 atau Ayah Baca Solo 2019? Sebanyak 30 semifinalis berhadapan dengan pewawancara. Sebelumnya mereka mengirimkan tulisan bertema mewujudkan Generasi Cerdas dengan Membaca.

Mereka diseleksi menjadi 15 peserta, setelah itu mereka mempresentasikan tulisan mereka, visi, misi, dan tanggapan mengenai budaya membaca di Kota Solo di hadapan dewan juri. Pemilihan duta baca ini baru pertama digelar dengan sasaran pelajar dan ibu-ibu. Tumbuhnya budaya membaca dimulai dari keluarga, penting melibatkan para ibu (Solopos, 27 November 2019).

Pemenang menyandang gelar duta baca yang bertugas memotivasi dan mengajak masyarakat membaca buku. Tampak peran ibu yang ditonjolkan. Ke manakah sang bapak? Kisah adalah bahan dasar yang menciptakan kehangatan sebuah rumah. Kisah merekatkan semua anggota keluarga.

Dengan atau tanpa media bercerita, setiap anggota keluarga pasti memiliki cerita, berupa pengalaman untuk dikisahkan. Anak-anak senang mendengarkan kisah-kisah pengalaman orang tua dan kakek atau nenek. Saya sering menggunakan media foto sebagai modal bercerita. Sekadar membangkitkan memori yang menyenangkan dan mengenang kebersamaan keluarga.

Waktu yang didedikasikan khusus untuk mendongeng menumbuhkan keintiman emosional. Momen bercerita merekatkan relasi dalam keluarga dan menumbuhkan kebahagiaan. Kita perlu menghiasi dunia dengan lebih banyak cerita.

Saya sangat terlambat merayakan Hari Mendongeng Nasional dan malu mengikuti seleksi Bunda Baca Solo 2019. Saya masih belajar menjadi duta baca yang memiliki kelemahan dan keluhan. Pokoknya, selamat membaca dan merayakan cerita bersama keluarga!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya