SOLOPOS.COM - Calhaj asal Banjarnegara, Mbah Sugini, 80, (kiri) dan Warsono, 60, (kanan) di dalam mobil ambulans menjelang pemberangkatan menuju Bandara Adisoemarmo Solo, Jumat (28/7/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Ibadah haji 2017, seorang nenek-nenek lumpuh tetap semangat berangkat ke Tanah Suci.

Solopos.com, BOYOLALI — Usia Mbah Sugini telah senja. Lengan dan raut wajahnya pun telah mengeriput. Sehari-hari, perempuan asal Mandiraja Wetan, Mandiraja, Banjarnegara, itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi roda.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Warsono, 60, putra sulung Mbah Sugini mengatakan ibunya itu cacat sejak remaja. “Sehari-hari ya di kursi roda aktivitasnya,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di Asrama Haji Donohudan (AHD) Boyolali, Jumat (28/7/2017).

Tahun ini, usia Mbah Sugini sudah 80 tahun. Di usianya yang cukup sepuh itu, Mbah Sugini mengaku sangat bersyukur. Dia masih diberi kesempatan menunaikan rukun Islam kelima, yakni ibadah haji ke Tanah Suci.

“Ibu sebenarnya sudah lama ingin naik haji. Alhamdulillah, tahun ini dapat kesempatan berangkat haji,” lanjut Warsono.

Mbah Sugini adalah satu di antara 347 calon haji (calhaj) asal Banjarnegara yang berangkat ke Tanah Suci dengan kelompok terbang (kloter) I, Jumat. Tekad Mbah Sugini ke Tanah Suci sungguh menggetar kan hati.

Selain kedua kakinya cacat, Mbah Sugini juga bukanlah keturunan keluarga kaya. Sehari-hari, keluarganya mengais rezeki dari menggarap sawah tegalan di desanya. Selain untuk makan sehari-hari, sebagian penghasilannya itu tak pernah lupa ditabung.

“Kalau panen jagung, uangnya disisakan untuk ditabung. Lama-lama kan terkumpul juga,” ujar Mbah Sugini dengan logat ngapak.

Awal 2011 menjadi kado terindah Mbah Sugini. Uang tabungan hasil panen akhirnya terkumpul sekitar Rp25 juta. Uang tabungannya itu langsung ia gunakan untuk mendaftar haji.

Namun, lantaran kedua kakinya cacat, Mbah Sugini diminta mencari calhaj pendamping. “Akhirnya, saya ikut daftar haji juga untuk mendampingi ibu,” lanjut Warsono.

Warsono sama sekali belum pernah naik pesawat, apalagi menginjak Tanah Suci. Begitu pun Mbah Sugini. Namun, tekad mereka memenuhi panggilan Tuhan, seakan tak terbendung.

Warsono bertekad selalu menjaga ibunya selama di Tanah Suci. Ia juga berjanji pantang mengeluh. “Kalau misal harus menggendong ibu saya pun, saya siap,” ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengapresiasi para calhaj yang sebagian besar baru kali pertama itu ke Tanah Suci. Dalam sambutannya melepas pemberangkatan calhaj kloter pertama itu, Ganjar lebih banyak melemparkan guyonan-guyonan sembari berbincang langsung dengan calhaj.

“Tas dan identitas dicekeli [dipegang] terus, Bu. Yen ana uwong ora kenal, terus nawari ra cetha, rasah digagas [kalau ada orang menawari sesuatu yang enggak jelas, enggak usah ditanggapi],” ujar Ganjar di AHD.

Salah seorang calhaj, ketika ditanyai Ganjar soal bekal yang dibawa ke Tanah Suci, dengan lugu menjawab aneka jenis makanan. “Kula mbeta [saya membawa] klathak, kering kentang, ikan asin sekilo, kalihan [dan] abon,” jawab salah satu calhaj disambut gelak tawa hadirin.

Kasubag Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Badrus Salam, menyebutkan ada satu calhaj Kloter pertama yang batal berangkat sejak dari rumah. Menurutnya, calhaj yang diberangkatkan berarti secara kesehatan dan hukum agama bisa disebut mampu atau istitha’ah.

“Soal ada calhaj yang tak bisa berjalan memang harus ada calhaj pendamping. Tujuannya, agar tak merepotkan calhaj lainnya,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya