SOLOPOS.COM - Warga memanen daun kayu putih di hutan negara.

Hutan rakyat Boyolali, Perhutani Jateng memastikan penanaman kayu putih di Boyolali utara tak ganggu pertanian warga.

Solopos.com, BOYOLALI–Program penanaman pohon kayu putih seluas 1.300 hektare di wilayah Boyolali bagian utara dipastikan tak akan menggusur lahan-lahan pertanian yang dikelola warga setempat. Pihak Perhutani Telawa Jateng telah menyiapkan lahan khusus pertanian di setiap area agar warga tetap bisa bercocok tanam di kawasan hutan setempat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Demikian ditegaskan pejabat Humas Perhutani Telawa Jateng, Sulastri, menanggapi program penanaman pohon kayu putih yang kini mulai berjalan. Sulastri menegaskan lahan untuk tanaman kayu putih akan dibuat terpisah dengan lahan yang dikelola warga setempat.

“Kami sudah bikin sistem plong-plongan untuk program pohon kayu putih ini. Satu plong untuk lahan kayu putih, satu plong lagi untuk palawija warga,” jelas Sulastri kepada Solopos.com, Rabu (27/7/2016).

Lebih jauh ia menjelaskan, satu petak lahan kayu putih seluas 15 meter persegi. Sementara, satu petak untuk pertanian palawija warga seluas 9 meter persegi. Lahan khusus untuk pertanian warga, kata Sulastri, bisa digunakan sampai akhir hayat mereka.

“Lahan itu gratis dipergunakan oleh warga penggarap lahan hutan. Kami tak memungut biaya sewa seperser pun. Namun, kami meminta warga ikut merawat tanaman kayu putih,” jelasnya.

Selain di tanah petak, kata Sulastri, petani juga masih bisa memanfaatkan lahan di sela-sela pohon hutan yang masih kecil untuk tanaman palawija. Penanaman palawija itu berlaku hingga batas waktu dua tahun. Selebihnya, petani tak diperkenankan menanam palawija karena bisa mengganggu pohon hutan inti.
“Kalau petani masih ingin menanam di celah pohon hutan, ya bukan lagi palawija, tapi tanaman jenis empon-empon saja agar tak merusak pohon inti,” jelasnya.

Meski demikian, Sulastri tak menampik selama ini banyak pelanggaran kesepakatan antara petani dengan Perhutani. Diakuinya, banyak tanaman palawija yang tetap ditanam di kawasan hutan meski sudah lewat dua tahun. Padahal, kata dia, jika hasil hutan optimal maka petani juga diuntungkan karena bagi hasilnya juga besar.

“Sistem pengelolaan hutan kan PHBM [pengelolaan hutan bersama masyarakat]. Artinya, warga terlibat secara aktif. Jika hasil hutan besar, petani penggarap juga dapat bagi hasil besar juga,” terangnya.

Sebelumnya, Kepala KPH Telawa, Denny Raffiddin, mengatakan program penanaman pohon kayu putih akan melibatkan warga setempat di kawasan hutan Boyolali utara. Mereka bertugas mengolah atau menyuling daun-daun pohon kayu putih yang telah dipanen. Selanjutnya, hasil sulingan siap pakai akan langsung dibeli oleh Perhutani dengan harga yang telah disepakati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya