SOLOPOS.COM - Aktivis lingkungan Kota Solo menggelar upacara Peringatan HUT ke-72 RI di tumpukan sampah di TPA Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, Kamis (17/8/2017) pagi. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

HUT RI di Kota Solo salah satunya dirayakan dengan upacara bendera di TPA Putri Cempo.

Solopos.com, SOLO — Sebuah bendera merah putih dikibarkan di tengah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Kamis (17/8/2017) pukul 07.30 WIB.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pengibaran Sang Saka Merah Putih dilakukan oleh tiga aktivis lingkungan hidup Kota Solo saat melaksanakan upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Republik Indonesia (RI). Bendera Negara ditarik secara perlahan hingga terpasang kokoh di pucuk sebilah bambu setinggi 7,5 meter (m).

Sedikitnya 70 orang turut menjadi saksi prosesi pengibaran bendera merah putih di tengah tumpukan sampah setinggi 4 m dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengangkat tangan kanan untuk hormat.

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka mengikuti upacara dengan berbaris membentuk huruf U. Puluhan orang aktivis lingkungan hidup dan pegiat bank sampah di Kota Bengawan menggunakan TPA Putri Cempo dalam peringatan hari kemerdekaan sebagai refleksi diri dan menyadarkan masyarakat bahwa Ibu Pertiwi belum merdeka sepenuhnya.

Penyelenggaraa kegiatan dari Komunitas Gerakan Orang Muda Peduli Sampah dan Lingkungan Hidup (Gropesh) Solo, Denok Marty Astuti, mengatakan Ibu Pertiwi kini belum sepenuhnya merdeka. Dia prihatin ibu Pertiwi masih dijajah bukan oleh orang asing, melainkan oleh masyarakat sendiri yang membuang sampah tanpa memilah dan mengolah.

Denok berharap masyarakat bisa saling mengingatkan untuk berjuang memerdekakan Ibu Pertiwi di bidang lingkungan. Dia menyebut dampak penjajahan bisa dilihat di TPA Putri Cempo.

“Ini [tumpukan sampah] adalah hasil karya kita. Namun, selama ini banyak pihak yang tidak menyadari akan hal itu dan tutup mata. Kita setiap hari telah menumpuk sampah di TPA. Harapan kami, sampah yang masuk ke TPA bisa dikurangi. Maka dari itu kami kali ini juga mengajak bapak ibu yang terlibat aktif dalam kegiatan bank sampah untuk mengunjungi TPA. Kami ingin mereka menggerakan lebih banyak lagi masyarakat untuk mengolah sampah di tingkat rumah tangga,” kata Denok saat ditemui Solopos.com setelah mengikuti upacara, Kamis.

Sekitar 30 menit para aktivis lingkungan hidup dan pegiat bank sampah mengikuti upacara di tengah tumpukan sampah yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo.

Meski menggunakan tempat yang tak lazim, mereka tetap menggelar upacara dengan susunan acara layaknya prosesi upacara peringatan HUT RI pada umumnya yang diadakan di lapangan maupun di halaman sekolah.

Petugas upacara tetap khidmat membacakan teks UUD 1945, Proklamasi, dan Pancasila di tengah suasana berdebu dan sampah kering.

Tidak Rusak Alam

Tokoh masyarakat Solo, Sumartono Hadinoto, yang didapuk menjadi Inspektur Upacara di TPA Purtri Cempo, mengajak masyarakat mengisi kemerdekaan salah satunya dengan terus berupaya menjaga kelestarian lingkungan. Dia meminta masyarakat tidak tinggal diam membiarkan dan bahkan ikut merusak alam Indonesia.

Sumartono menyampaikan kemerdekaan bangsa Indonesia diperoleh dengan tidak mudah oleh para pejuang terdahulu. Menurut dia, sudah sepatutnya generasi sekarang menjaga keberhasilan tersebut.

“Kalau kita bisa berkontribusi mengolah sampah, itu sangat luar biasa. Yang sudah melakukan tindakan itu, mari getok tular kebaikan tersebut kepada orang lain. Kalau ajak orang dalam hal kebaikan memang agak susah. Maka dari itu, kita harus berjuang keras. Eyang-eyang pada zaman dahulu sudah berjuang luar biasa. Kita tinggal meneruskan. Mari berkontribusi untuk Solo. Mari berkontribusi untuk Indonesia,” ajak Sumartono saat menjadi Pembina Upacara.

Penyelenggraan upacara Peringatan HUT ke-72 RI di TPA Putri Cempo bukan saja disokong oleh aktivis lingkungan hidup dari Gropesh Solo, melainkan juga dari Tim Kerja Lingkungan Hidup Gereja Santo Antonius Purbayan, Komunitas Bank Sampah Mandiri Solo, dan Wisata Kampung Kota Bumi.

Sejumlah petugas kebersihan arau pasukan orange dari DLH juga turut diundang mengikuti upacara. Setelah menggadakan upacara, mereka kemudian melaksanakan kegiatan fashion show busana daur ulang yang diikuti perwakilan dari 15 kelompok bank sampah di Kota Solo. Kegiatan fashion show diadakan di jalur truk sampah di tengah TPA.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com di Kantor Pengelola TPA Putri Cempo, volume sampah produksi masyarakat Solo yang masuk TPA pada 2017 ini rata-rata mencapai 280 ton per hari. Jumlah tersebut lebih banyak dari tahun 2016 yang mencapai rata-rata 265 ton per hari.

Sedangkan pada 2011 lalu, volume sampah yang masuk TPA masih berada di angka 241 ton per hari. Adapun 13 hektare dari 17 hektare lahan di TPA kini sudah dipenuhi sampah. DLH sedang mengupayakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampag (PLTSa) untuk mengatasi tumpukan sampah yang setiap hari masuk TPA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya