SOLOPOS.COM - Pemutaran Festival Film Merdeka (FFM) dibuka di Stabelan, Banjarsari, Kamis (17/8/2017) malam. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

HUT RI di Solo dimeriahkan dengan Festival Film Merdeka.

Solopos.com, SOLO — Pemutaran Festival Film Merdeka (FFM) dibuka di Stabelan, Banjarsari, Kamis (17/8/2017) malam. Pembukaan dihadiri warga Setabelan dan lurah setempat. Warga menonton film dengan lesehan di jalan kampung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada empat film pendek yang diputar di titik ini yaitu Pegang Tangan, India Tionghoa, Subuh, dan Yang Kung. Hari pertama pemutaran ini acara serupa digelar di lima titik lain yaitu Kampung Purwonegaran RW 06, Kampung Punggawan RW 06, Pelataran Joglo Pringgonegaran, Kampung Bratan RT 03 RW IX, dan Pajang.

Acara dalam rangka peringatan HUT Ke 72 Republik Indonesia (RI) ini masih akan dilanjutkan hingga Sabtu (19/8/2017). Sebanyak 10 film indie karya filmmaker muda bertema keberagaman diputar dalam acara ini.Kota Solo diwakili Yang Kung karya Dimas Dwi Wardhana pada 2016.

Film berdurasi 30 menit tersebut menceritakan tentang seorang kakek yang tengah menghadapi ketakutan akan kematian yang semakin dekat.

Sementara karya terbanyak diwakili Yogyakarta, dilanjutkan satu film dari Boyolali, Jakarta, Tangerang, dan Kaimana. Fanny mengatakan segmentasi pemutaran layar tancep ini merupakan masyarakat lokal setempat. Untuk itu tema toleransi yang diangkat tak melulu soal SARA dan isu berat lainnya.

“Jadi enggak semuanya yang berat-berat harus soal SARA. Misla soal menghargai pendapat orang lain, atau pilihan
hidup orang lain. Yang pasti film ini bisa ditonton semua usia,” kata dia.

Acara ini rencananya digelar rutin untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) setiap 17 Agustus. Serangkaian acara Festival Film Merdeka yang diselenggarakan Komunitas Kembang Gula. Komunitas ini dibentuk dua bulan lalu oleh para pelaku perfilman Solo yang rindu festival di kota sendiri. Melalui layar tancep mereka sekaligus ingin melebarkan pasar pemutaran film alternatif di Solo.

Yang biasanya dianggap terlalu eksklusif hanya untuk kaum muda dan lingkungan akademisi seperti sekolah ataupun perguruan tinggi. Lebih dari itu Kembang Gula mengembangkan misi mewujudkan masyarakat yang bahagia dan toleran melalui program pemutaran dan pelatihan.

Gelaran layar tancep ini diselenggarakan di lima kelurahan berbeda-beda dengan tujuh titik tonton. Lokasi pemutaran sengaja
dipilih ruang terbuka yang dekat dengan warga lokal seperti jalanan kampung, depan kelurahan, dan taman kota.

Hal itu untuk mengembalikan layar tancep sebagai tontonan rakyat. Selama dua hari pada Kamis dan Jumat ada enam film yang diputar di tiga tempat berbeda. pada hari terakhir, Sabtu (19/8), kegiatan dipusatkan di Plaza Sriwedari.

Tak sendirian, Komunitas Kembang Gula menggandeng para pengurus RW dan remaja Karang Taruna masing-masing kelurahan. Sebelumnya mereka menggelar workshop pemutaran film untuk menyukseskan acara ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya