SOLOPOS.COM - Pasangan pengemis ditangkap wanita polisi di kawasan Kota Lama, Semarang, Rabu (24/8/2016). Razia ini digelar korps polwan Kota Semarang itu merupakan rangkaian kegiatan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-68 Polwan. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

HUT ke-68 Polwan di Kota Semarang dirayakan para wanita polisi dengan menggelar razia terhadap para pengemis, gelandangan dan  orang terlantar (PGOT) di kawasan Kota Lama.

Semarangpos.com, SEMARANG – Para wanita polisi Kota Semarang merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-68 kesatuan mereka, Polwan, yang jatuh pada Rabu (24/8/2016) dengan menggelar Operasi Penertiban Penyakit Masyarakat. Hasilnya, mereka mencokok sepasang pengemis di kawasan Kota Lama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sasaran operasi pekat yang dilakukan para wanita polisi di seluruh wilayah Kota Semarang itu tak lain adalah para gelandangan, pengemis, pengamen, orang gila, hingga para penjaja koran yang masih berusia di bawah umur. Dalam razia yang digelar pukul 15.30 WIB-17.30 WIB, para polisi yang selalu dijuluki polwan oleh Polri itu melibatkan juga para personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Ekspedisi Mudik 2024

Berbagai wilayah di Semarang pun mereka santroni, tak terkecuali kawasan Kota Lama yang selama ini menjadi land mark Kota Atlas itu. Sayangnya, di kawasan Kota Lama itu para wanita polisi itu gagal mendapat hasil yang memuaskan. Mereka hanya menjaring pasangan suami istri yang biasa mengemis di pertigaan Jl. Letjen. Soeprapto atau yang berdekatan dengan Polder Tawang.

Selama ini, di kawasan itu kerap terlihat bermukim para pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) maupun orang gila. Nyatanya, kala wanita polisi itu melakukan razia, hanya pasangan pengemis saja yang tampak.

Saat ditangkap polisi dan personil Satpol PP itu, kedua pengemis sempat memberontak. Saat ditanya identitas, salah seorang pengemis mengaku memiliki namun tertinggal di rumahnya yang berada di kawasan Banyumanik.

“Ada, kami ini punya KTP tapi tidak ditinggal di rumah. Rumah kami di Banyumanik,” dalih pengemis pria itu saat hendak diangkut ke truk milik para wanita polisi itu.

Sebelum menjaring pasangan suami istri pengemis itu, para wanita polisi ini sebenarnya sempat memergoki dua pengemis lainnya yang masih berusia di bawah umur. Namun, saat melihat truk yang mengangkut para wanita polisi itu, kedua pengemis anak-anak itu kabur ke arah Jalan MT Haryono.

175 Wanita Polisi
Terpisah, Kepala Satuan (Kasat) Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polrestabes Semarang, AKBP Restiana Pasaribu, menjelaskan operasi penertiban pekat dan premanisme ini digelar dengan melibatkan seluruh wanita polisi di jajaran Polrestabes Semarang. Tercatat ada sekitar 175 orang wanita polisi di jajaran Polrestabes Semarang yang dilibatkan dalam kegiatan itu.

Dalam melaksanakan razia PGOT, mereka dibantu 30 orang anggota Sabhara, 10 orang anggota intel, 10 orang resmon, 30 orang dari Binmas, lima orang Propam, empat Dokkes, empat orang dari Humas, 25 anggota Satpol PP, dan 15 orang dari Dinas Sosial. “Kita akan melakukan penertiban secara humanis dengan menertibkan masyarakat yang selama ini menjadi masalah sosial dan berpotensi menyebabkan gangguan Kamtibamas [keamanan dan ketertiban masyarakat]. Nanti, orang-orang yang berhasil terjaring akan langsung ditempatkan di panti sosial maupun penampungan yang sudah disediakan,” ujar Restiana dalam pidatonya saat menggelar apel siaga sebelum kegiatan dimulai di lapangan Mapolrestabes Semarang.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya