SOLOPOS.COM - Ilustrasi Stadion Sriwedari Solo (Dok/JIBI/Solopos)

HUT Kota Solo diwarnai upacara unik. Selain bernuansa Jawa tempo dulu, ada saja perilaku peserta upacara yang enggan kepanasan.

Solopos.com, SOLO — Upacara peringatan HUT ke-270 Kota Solo yang digelar di Stadion Sriwedari Solo, Selasa (17/2/2015), diwarnai beberapa kejadian unik. Selain bernuansa tempo dulu, upacara diwarnai kemarahan Sekretaris Daerah (Sekda) Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Diiringi suara gending Jawa di lapangan Stadion Sriwedari, upacara ini sudah terasa nuansa lamanya. Ratusan peserta upacara terdiri atas laki-laki menggunakan pakaian Jawi Jangkep lengkap dengan blangkon dan keris, serta peserta perempuan menggunakan kebaya. Mereka berdiri dan membentuk barisan di tengah lapangan stadion.

Sementara ratusan pelajar dan tamu undangan memenuhi kursi tribun stadion. Mereka telah berdatangan ke Stadion sejak pukul 06.30 WIB. Sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) yang menjadi peserta upacara terlihat ikut duduk di kursi tribun bergabung bersama para pelajar.

Ngiyup dulu ah. Di lapangan panas. Upacara enggak dimulai-mulai,” ujar salah satu PNS.

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto yang mengetahui banyaknya peserta duduk di kursi tribun, langsung marah. Dengan menggunakan speaker, Sekda meminta para peserta yang ada di tribun untuk turun dan kembali ke barisan peserta. “Kalau tidak mau turun, tolong BKD [Badan Kepegawaian Daerah] itu di foto. Nanti kita beri sanksi,” teriak Sekda.

Mendengar ancaman tersebut, para PNS peserta upacara turun dan kembali ke barisan. Mereka menunggu upacara dimulai di bawah terik sinar matahari yang menyengat kulit. Pagi itu, bertindak sebagai Komandan Upacara, Sidik Suradi. Beberapa kali komandan upacara memberi aba-aba dengan menggunakan bahasa Jawa. “Sigeg tandyo [siap grak],” ucap Sidik dengan suara lantang memberi aba-aba.

Dengan sigap, peserta semula dalam posisi istirahat di tempat langsung posisi siap. Aba-aba ini sekaligus sebagai penanda dimulainya upacara peringatan Hari Jadi Kota Solo. Upacara dibuka dengan penampilan belasan penari dari Sanggar Tari Suryo Sumirat pukul 08.00 WIB.

Mereka menampilkan fragmen tarian berjudul Indahnya Kotaku. Penari dengan apik menampilkan peristiwa boyong kedhaton yakni perpindahan dari Kartasura menuju Solo pada 1745.

Para penari menggunakan kostum aneka satwa, seperti singa, harimau, kijang, kera, merak dan beberapa burung aneka warna. Singa dan harimau sebagai penggambaran Kebon Raja yang merupakan taman satwa kala itu. Sedangkan kijang dan kera menggambarkan suasana di Taman Balekambang, serta merak dan aneka burung menggambarkan Kota Solo yang indah.

Satwa peliharaan Raja ini turut serta dibawa saat perpindahan dari Kartasura ke Solo. Penampilan penari mampu menarik perhatian para tamu undangan upacara yang berada di atas tribun. Kemudian, Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo selaku inspektur upacara langsung memimpin upacara. Prosesi upacara semuanya menggunakan bahasa Jawa.

Dengan mengambil tema Elok Kotaku Berbudaya Masyarakatku, Wali Kota berharap mampu terus menguri-uri kebudayaan Jawa. Wali Kota mengajak kepada masyarakat Kota Solo khususnya, untuk terus menciptakan inovasi perubahaan kebudayaan, tanpa meninggalkan kebudayaan aslinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya