SOLOPOS.COM - Kegiatan napak tilas pada malam tirakatan HUT Kemerdekaan RI di Karangrejek Gunungkidul . (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

HUT Kemerdekaan RI diperingati warga Desa Karangrejek dengan napak tilas rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman

Bisnis.com, GUNUNGKIDUL- Bagi masyarakat Indonesia, siapa tak kenal Panglima Besar Jenderal Soedirman? Pemimpin pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang terkenal dengan teknik gerilyanya itu. Ternyata semangat sang panglima menyisakan sebuah kenangan dan semangat bagi warga Desa Karangrejek dan Desa Siraman, Wonosari. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, Uli Febriarni.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Minggu (16/8/2015) malam sejumlah warga duduk ‘lesehan’ di atas tikar pandan sederhana. Suasana di Dusun Karangrejek mendadak seakan berada di masa perjuangan. Warga yang duduk tepat di depan sebuah gardu Poskamling perbatasan Desa Karangrejek dan Desa Siraman itu, mengenakan pakaian tradisional jawa, jarik batik, beskap dan blangkon, motif lurik dan bunga bertebaran.

Tak lama, suara bel sepeda terdengar memecah suasana akrab obrolan warga berpakaian Jawa. Suara ‘kring kring kring’, bersahut-sahutan. Puluhan sepeda onthel berbendera merah putih kecil datang dari arah barat. Lelaki berpakaian layaknya pejuang kemerdekaan kemudian ikut hadir di tengah obrolan.

Sebuah tumpeng berhiaskan angka 17, 8, 45 diantar menuju ke tangah mereka. Warga kemudian duduk bersama di hadapan gardu. Bersama mengevaluasi kondisi desa dan kebersamaan mereka selama ini, dan menariknya dengan sejumlah pesan perjuangan.

Ketua Penyelenggara Malam Tirakat, Krismunadi mengatakan, tak dipungkiri sejarah telah menorehkan nama Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai wujud penghormatan dan penghargaan atas jasa salah satu pahlawan nasional itu, mereka menggelar tirakat di salah satu titik rute gerilya Soedirman yang melintasi wilayah desa tersebut.

“Dulu saat gerilya, Jenderal Soedirman pernah singgah dan menginap di salah satu bangunan yang kini menjadi Balai Desa Karangrejek,” ujarnya.

Tujuan tirakat sekaligus napak tilas ini untuk menunjukkan agar generasi muda mengetahui sejarah bahwa desa mereka memiliki nilai sejarah yang tinggi meskipun tak tertulis dalam buku sejarah maupun dokumen lainnya.

Menurut Kris, setelah menyadari bahwa desa mereka menjadi rute gerilya para pejuang kemerdekaan, masyarakat Karangrejek bangga dan bersyukur. Tirakat digelar di gardu ‘perbatasan desa’, bermaksud agar semakin mempererat kerukunan dan persatuan antar masyarakat, meskipun berbeda Rukun Tetangga, berbeda desa, persatuan dan kebersamaan tetap harus dijaga.

“Kini tugas kita melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan tetap menjaga kesatuan dan persatuan dan bahu-membahu membangun desa kita,” jelasnya lagi.

Salah satu tokoh pemuda, Freddo Omegantara mengungkapkan, kegiatan tirakat juga disisipi dengan agenda nonton bersama film yang mengisahkan perjuangan kemerdekaan RI, hingga menampilkan film ketika Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi. Film diambil dari situs youtube.com itu mengingatkan dan meningkatkan rasa nasionalisme khususnya bagi generasi muda.

Selama ini, tuturnya, pemuda dan anak-anak rata-rata hanya mendengar cerita tentang perjuangan kemerdekaan dari orang tua atau buku pelajaran sejarah di sekolah.

“Dengan melihat film ini harapannya generasi muda bisa melihat bagaimana perjuangan pahlawan di masa penjajahan,” terang Freddo, yang malam itu mengenakan beskap biru.

Warga Desa Karangrejek dan Desa Siraman, Wonosari menggelar tirakat sekaligus napak tilas perjuangan Jenderal Sudirman, Minggu (16/8/2015) malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya