SOLOPOS.COM - Seorang free styler becak sedang memamerkan kebolehannya mengendarai becak dengan salah satu bannya terangkat, Minggu (25/5) siang. Aksi tersebut ditunjukkan di sela Lomba Balapan Becak (Drag Race Becak) di Jl. Sukowati Sragen. (JIBI/Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SRAGEN–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menggelar serangkaian kegiatan dan lomba untuk memeriahkan hari jadi ke-268 Kabupaten Sragen yang jatuh pada Selasa (27/5/2014) besok.

Salah satu yang menarik adalah Lomba Balapan Becak (Drag Race Becak) di Jl. Sukowati depan Kompleks Setda Sragen, Minggu (25/5/2014). Lomba tersebut diramaikan sekitar 100 penarik becak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Panitia membagi perlombaan menjadi dua kategori, yakni ketangkasan (balapan) dan kerapian becak. Antusiasme masyarakat terfokus kepada lomba balapan becak yang diikuti 50-an penarik becak.

Setiap peserta lomba diwajibkan melintas di trek sepanjang leebih kurang 75 meter. Uniknya, panitia lomba memasang rintangan di jalur tersebut menggunakan ban bekas dan traffic cone (kerucut lalin).

Tak pelak peserta lomba harus mengeluarkan semua kemampuan mereka untuk bisa mencapai garis finish. Pantauan solopos.com, tidak sedikit peserta yang kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Sorak sorai dan tepuk tangan penonton mengiringi setiap keberhasilan peserta melalui setiap bagian rintangan. Sesekali penonton tertawa lepas saat ada peserta lomba yang terjatuh dan didiskualifikasi.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sragen, Heru Martono, ditemui wartawan mengatakan, peserta yang jatuh atau menyenggol penghalang didiskualifikasi.

“Lomba ini untuk individual. Tapi peserta boleh membawa penumpang sebagai strategi untuk tidak kehilangan keseimbangan. Yang dinilai adalah waktu tempuh dari garis start hingga finish,” tutur dia.

Heru yang juga Koordiinator Lomba Balapan Becak menjelaskan keterlibatan komunitas penarik becak dalam perayaan hari jadi Sragen merupakan wujud keterbukaan kegiatan hari jadi Sragen.
Lebih jauh dia menyatakan akan mempertahankan keberadaan becak kayuh di Bumi Sukowati. Alasannya, becak kayuh legal dan telah menjadi bagian alat transportasi masyarakat.

Sedangkan sejumlah peserta lomba mengaku kesulitan melewati lintasan lomba. Alasannya, jarak antara satu bagian halang rintang dengan bagian berikutnya terlalu pendek.

Di samping itu penanda jalur lintasan di jalan tidak begitu terlihat. Namun salah seorang peserta yang gagal masuk finish, Sarwoko, 42, mengaku tidak masalah dirinya didiskualifikasi.
“Saya didiskualifikasi karena tadi terjatuh. Laju becak saya terlalu cepat sehingga hilang keseimbangan saat di tikungan. Tapi tidak masalah, yang penting penonton senang,” seloroh dia.

Warga Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen itu adalah penarik becak yang biasa mangkal di Jl. Sukowati Sragen. Sarwoko telah menjadi penarik becak selama 20 tahun dengan penghasilan Rp30.000 per hari.

Peserta lain lomba, Suratmin, 52, warga Sragen Tengah, Sragen, mengaku sempat kesulitan melewati rintangan. Namun dengan sedikit kesabaran dirinya berhasil masuk garis finis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya