SOLOPOS.COM - Mantan Kepala LP Batu Nusakambangan Liberti Sitinjak di Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, Selasa (2/8/2016). (Youtube)

Hukuman mati terhadap Freddy Budiman berbuntut panjang. Eks Kepala LP Nusakambangan bercerita pernah ditawari Rp10 miliar dan dikunjungi “orang BNN”.

Solopos.com, JAKARTA — Eks Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan, Liberty Sitinjak, mengakui pernah ditawari uang Rp10 miliar oleh Freddy Budiman saat masih hidup. Sebelumnya, dia juga pernah mengakui ada orang BNN yang mempertanyakan soal CCTV di dalam kamar napi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat itu, Sitinjak menolak tawaran Freddy tersebut. “Kan hak dia [Freddy] nawarin dan hak saya menolak,” kata Sitinjak seusai menjalani pemeriksaan di Kantor BNN, Jl. MT Haryono, Cawang, Jaktim, Senin (8/8/2016).

Sitinjak menyampaikan hal itu menjawab pertanyaan wartawan soal adanya tawaran uang Rp10 miliar dari Freddy. Selain itu, Sitinjak juga mengaku menerima banyak tekanan selama bertugas sebagai Kepala LP Nusakambangan. Namun Sitinjak menolak menjelaskan apa saja bentuk tekanan yang diterimanya.

“Kalau soal tekanan, Nusakambangan tekanan buat saya, apalagi orang-orang yang di dalam, ya. Anda kan tahu di sana bahwa Lapas itu dihuni oleh berbagai warga negara,” jelas Sitinjak. “Ya pasti [ada tekanan dari Freddy]. Nanti tanya Pak Menteri,” imbuhnya.

Lalu apakah uang Rp10 miliar yang ditawarkan Freddy agar Sitinjak mencopot CCTV yang dipasang khusus untuk mengawasi gembong narkoba itu? Baca juga: Haris Azhar akan ke BNN, Buwas: Ada Hal Krusial.

“Saya lapor dulu ke pimpinan saya, kita harus punya etika. Masa iya konferensi pers tapi pimpinan saya belum tahu. Soal apa nanti tanya Pak Menteri saja, karena segala sesuatunya sudah saya laporkan kepada Pak Menteri sebelum saya kemari, saya pikir begitu,” jawab Sitinjak yang mengaku hendak melapor ke Menkum HAM.

Sebelumnya, dalam forum Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, Selasa (2/8/2016) lalu, Sitinjak mengungkapkan ada orang yang mengaku anggota BNN yang datang ke LP pada suatu Minggu di 2014. Dia tidak menyebutkan nama, hanya orang yang mempertanyakan kebijakannya di LP Batu.

“Ada yang mengaku dari BNN, Minggu, saat itu saya di Cilacap, saya bilang diterima saja, karena kita bermitra dengan BNN dan BNPT, sepanjang menyangkut fungsinya, silakan. Asal dicatat,” katanya dalam forum itu.

Saat itu, orang tersebut menanyakan kenapa Sitinjak bergerak melakukan pembersihan di LP. “Kalau secara eksplisit soal CCTV sih tidak. Yang dia katakan, kenapa main sendiri soal pembersihan, karena saat itu saya menghabiskan habis, tidak ada sisa, springbed di kamar napi saya bakar, TV 38 inci saya sita. Cara saya menertibkan itu, kenapa ga bilang dulu [sama dia],” katanya.

Sitinjak pun mengaku menolak jika diminta menghentikan langkahnya itu, termasuk memasang CCTV. “Dia bilang ‘apakah cctv itu dibenarkan?’. Saya katakan itu perintah pimpinan, karena Freddy Budiman itu high risk, harus tahu apa yang kita lakukan. Dalam tiga hari, kamar Freddy Budiman saya bangun, ada dua CCTV, dan mohon maaf apa yang dilakukan di kamar itu saya tahu. Saya tidak tunduk ke situ, saya tunduk pada pimpinan.”

Sitinjak mengaku lupa dengan nama orang tersebut, termasuk tanggal berapa datang ke Nusakambangan. Dia hanya menyebut saat itu Minggu. “Jadi saya lupa namanya. Tapi saya tahu persis ketemu beliau itu ya sekali itu, dia sendiri, sepertinya tidak pakai [rombongan],” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya