SOLOPOS.COM - Suasana depan kamar Siswandi, 70, orang tua dari Merri Utami, 42, terpidana mati narkoba, Kamis (28/7/2016) di Rusunawa Semanggi. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Hukuman mati terhadap 14 terpidana narkoba salah satunya Merri Utami warga Rusunawa Semanggi Solo rencananya dilakukan dini hari nanti.

Solopos.com, SOLO — Hukuman mati 14 terpidana narkoba rencananya dilakukan Jumat (29/7/2016) dini hari nanti. Salah satu yang akan dieksekusi mati yakni Merri Utami, 42, alias Cahyawati. Orang tua Merri tinggal di Rusunawa Semanggi Solo.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Siswandi, 70, orang tua Merri Utami, 42 alias Cahyawati, menjelang eksekusi mati Merri memilih mengurung di kamar No. 2 blok D difabel rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Semanggi, Pasar Kliwon, Kamis (28/7/2016).

Pantauan Solopos.com, Siswandi sejak pagi sampai sore tidak keluar kamar setelah maraknya pemberitaan anak ketiganya, Merri akan dieksekusi mati di Pulau Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jateng.

Di jendela kaca kamar berukuran 4 meter x 6 meter ditutup rapat dengan korden. Pintu masuk beberapa kali diketuk awak media tidak direspons penghuni kamar.

Salah seorang petugas kebersihan Rusunawa Semanggi, Sukirno, mengatakan sebagian besar penghuni rusunawa tidak mengetahui kalau Siswandi adalah orang tua dari Merri. Warga rusunawa baru mengetahuinya setelah melihat dari pemberitaan media.

“Dia [Siswandi] mulai masuk menyewa kamar di rusunawa tahun 2002, dengan membawa KTP, KK, dan membayar uang sewa Rp100.000/bulan kepada pengelola rusunawa,” ujar Sukirno saat ditemui wartawan di Rusunawa Semanggi, Kamis.

Menurut Sukirno, kali pertama datang ke rusunawa orangnya terkesan tertutup dan jarang bergaul dengan warga rusunawa lainnya. Kalau pun keluar kamar biasanya akrabnya sama warga sebelah kamarnya. “Kami tidak menyangka kalau dia [Siswandi] orang tua Merri terpidana mati kasus narkoba,” kata dia.

Menurut dia, akhir-akhir ini setelah marak pemberitaan eksekusi mati Merri, orang tuanya sering mengurung di kamar. Kondisi Siswandi saat ini sedang menderita sakit stroke dan jantung pada awal tahun 2016.

“Dia [Siswandi] sudah tidak bekerja setelah tinggal di rusunawa. Biaya hidup dan membayar sewa kamar, listrik, kebersihan, dan air mengandalkan uang pensiunan,” kata dia.

Ia mengaku selama ini tidak melihat satu pun delapan anaknya menjenguk orang tuanya di rusunawa. Untuk makan sehari-hari terkadang hanya mengandalkan belas kasihan dari penghuni rusunawa lainnya.

Senada diungkapkan warga lainnya, Amrizal. Menurut dia, ada salah seorang penghuni rusunawa yang terkadang merawat dan memberikan makan kepada Siswandi di kamar karena merasa kasihan.

Maraknya pemberitaan tentang eksekusi terpidana mati narkoba membuat rusunawa sering didatangi orang untuk bertanya keberadaan kamar Siswandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya