SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata ”Karma”. Panggunaan kata ”Karma” ini pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu dihubungkan dengan karma buruk.

Padahal sebetulnya karma bukan hanya karma buruk tetapi juga ada karma baik. Selain sebagai karma buruk, konsep karma juga sering diidentikkan sebagai satusatunya penyebab kejadian. Konsep yang demikian ini dapat berakibat menurunkan semangat juang atau semangat hidup kita. Padahal karma bukan satu-satunya penyebab kejadian, melainkan hanya salah satunya; masih terdapat banyak faktor yang ikut menentukan dan menyebabkan karma berbuah. Konsep yang menganggap bahwa karma selalu karma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap penjelasan hukum karma.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Apakah sesungguhnya karma itu? Karma adalah niat untuk melakukan perbuatan. Niat itulah yang disebut dengan karma! Perbuatan yang dilakukan dengan pikiran disebut karma melalui pikiran; perbuatan yang dilakukan dengan ucapan disebut karma melalui ucapan; dan perbuatan yang dilakukan dengan badan disebut karma melalui badan. Dengan demikian karma bisa berupa karma baik dan karma buruk.

Kemudian timbul satu pertanyaan, apakah yang di sebut hukum karma? Hukum karma sebetulnya adalah hukum sebab dan akibat. Di dalam Samyutta Nikaya dinyatakan: ”Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai. Mereka yang menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan, mereka yang berbuat kejahatan akan menghasilkan penderitaan.” Kalau kita melihat dengan kacamata duniawi, pernyataan tersebut tampak bertolak belakang dengan fenomena yang ada.

Kita sering menemukan orang yang banyak melakukan kebajikan tetapi masih mengalami penderitaan, dan sebaliknya. Mengapa demikian? Apa kah hukum karma-nya keliru? Sebetulnya tidak keliru! Kalau hukum karma diumpamakan sebagai sebuah sawah yang mempunyai tanaman padi dan jagung, di mana tanaman padi dan jagung tersebut mempunyai usia panen yang berbeda, maka tanaman jagung tentu akan panen terlebih dahulu daripada tanaman padi.

Demikian pula perbuatan baik dan buruk. Kalau kita sudah berbuat baik tetapi masih menderita, ini disebabkan karena perbuatan baik kita belum saatnya dituai/dipanen. Dalam hal ini kita memetik buah dari perbuatan buruk yang telah masak terlebih dahulu. Jadi semua itu ada waktunya, walaupun adakala nya masih bisa dipercepat sampai batas-batas tertentu. Karma kalau dilihat menurut waktunya dapat kita bedakan menjadi 4 (empat) kelompok. Kelompok pertama adalah karma yang langsung berbuah.

Misalnya kita mencuri helm milik orang lain, supaya tidak ketahuan, kita mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi walaupun lampu lalu lintas berwarna merah. Akhirnya
kita ditangkap polisi. Ini adalah karma yang langsung berbuah. Selanjutnya karma yang berbuah agak lama tetapi masih dalam satu kehidupan. Misalnya orang yang melakukan meditasi hingga tingkat jhana yang tinggi sekali, setelah meninggal langsung terlahir di alam brahma. Ketiga, karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan yang berikutnya.

Misalnya orang yang sering mendengarkan Dhamma pasti akan terlahir di alam sorga dalam kehidupan-kehidupan yang berikutnya. Dan terakhir, karma yang tidak sempat berbuah karena kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah. Sering ada orang yang mengatakan bahwa tercapainya Nibbana apabila karma baik dan buruk telah habis.

Padahal karma itu tidak mungkin habis karena jumlahnya tidak terbatas. Tetapi karma bisa dipotong! Kita bisa merasakan karma apabila kita mempunyai badan dan batin, artinya kita dilahirkan. Kalau kita tidak dilahirkan kembali, kesempatan untuk merasakan karma baik dan buruk menjadi tidak ada. Akhirnya ada karma yang tidak sempat berbuah. Selanjutnya karma juga dapat dikelompokkan menurut bobotnya yaitu Bobot karma super berat.

Karma super berat yang baik misalnya; orang yang mencapai jhana, setelah meninggal langsung terlahir di alam brahma; atau memperoleh pañña yang berarti tercapainya Nibbana. Sedangkan super berat yang buruk ada 5 (lima) yaitu membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang Arahat, melukai Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha. Apabila salah satunya dilakukan maka setelah meninggal orang tersebut langsung terlahir di alam neraka.

Selanjutnya karma yang muncul pada saat kematian. Di dalam pikiran akan terjadi satu seleksi pada saat proses kematian yaitu mengingat perbuatan yang pernah berkesan di dalam diri kita. Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada yang berkesan atau tidak sempat terpikir, misalnya karena meninggal dalam keadaan koma maka yang berbuah adalah kebiasaannya. Umpamanya orang yang mempunyai kebiasaan latah maka seandainya setelah meninggal terlahir menjadi manusia, dia akan menjadi orang yang suka humor.

Bobot yang super ringan atau kecil. Apabila karma  yang super berat, karma pada saat kematian, dan karma kebiasaan tidak muncul maka karma yang super ringan yang akan berbuah. Misalnya; pada suatu waktu kita melihat ada paku payung di jalan lalu kita singkirkan supaya tidak mencelakakan orang lain. Ini adalah bobot yang super ringan. Maka hal yang paling penting pada saat ini adalah lakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat agar dalam kehidupan selanjutnya kita memperoleh kebahagiaan.

Semoga semua mahkluk hidup berbahagia.
Saddhu, saddhu, saddhu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya