SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjara (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Hukum di Indonesia dinilai masih kurang memberikan rasa keadilan bagi semua lapisan masyarakat.

Solopos.com, JAKARTA – ‘Perlakuan spesial’ yang diterima oleh Gayus Tambunan ternyata tidak bisa dirasakan oleh sesama tahanan lain. Bona Paputungan, seorang mantan narapidana yang pernah merasakan hidup di balik jeruji besi mengungkapkan bahwa betapa hukum di negeri ini bak pisau bagi masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bona yang harus mendekam selama 11 bulan dalam lembaga permasyarakatan Gorontalo karena tersangkut kasus KDRT ini menyesalkan betapa tebang pilihnya perlakuan yang diterima di dalam jeruji besi.

“[Hukum] sangat-sangat tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas,” ujar Bona dalam sebuah diskusi bertajuk Bebas Lepas di Lapas di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (26/9/2015).

Bona mencontohkan terkait jam besuk bagi para tahanan. Ada sedikit ‘uang rokok’ jam besuk yang awalnya hanya sampai jam 1 siang bisa diperpanjang hingga malam hari.

Sebelumnya, beredar foto terpidana penggelapan pajak Gayus Tambunan yang nampak sedang makan di sebuah restoran hingga menuai kritik masyarakat. Foto tersebut diambil seusai menghadiri sidang cerai dengan istrinya, Miliani Anggraeni. Akibat kejadian tersebut, Gayus dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur untuk diisolasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya