SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)–Hujan terus-menerus Jumat (14/5) mulai pukul 21.34 WIB hingga Sabtu (15/5) pukul 05.02 WIB menyebabkan bencana alam di berbagai titik di Kabupaten Wonogiri. Beberapa titik terpusat di Kecamatan Wonogiri dan paling banyak di Selogiri.

Hujan semalam itu, menyebabkan dua jembatan di dua desa di Kecamatan Selogiri putus. Akibatnya arus transportasi antardesa dan antarkabupaten putus. Selain itu 17 rumah di Desa Gemantar tergenang, serta 26 hektare (ha) lahan persawahan di lima desa di Kecamatan Selogiri juga tergenang air sehingga menyebabkan penurunan produksi padi musim tanam (MT) II ini. Lahan sawah itu tersebar di Desa Pule, Jendi, Jaten, Kaliancar dan Gemantar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sementara bencana alam yang nyaris bersamaan, menimpa rumah Sardi dan Tanto, keduanya warga Wonokarto RT 1/RW I, Kelurahan Wonokarto, Wonogiri. longsoran tebing belakang rumah keduanya mengakibatkan tanah menutup rel kereta api dan menyebabkan KA jurusan Wonogiri-Solo tidak bisa lewat.

Menurut Camat Wonogiri, Sriyono kerugian akibat tanah longsor itu senilai Rp 15 juta. Berdasar pemantauan Espos di lokasi kejadian longsoran tanah mengkhawatirkan kondisi rumah Sardi, karena longsoran tanah sudah mencapai pondasi rumah bagian belakang. Namun demikian, pemilik rumah masih belum berpindah tempat.

Sedangkan di Selogiri, dua jembatan putus akibat diterjang arus deras sungai, yakni Jembatan Ngaliyan, Kelurahan Kaliancar dan Jembatan Gempeng, Desa Jaten. Jembatan Ngaliyan memutuskan jalur antardesa dari Desa Gemantar ke Kelurahan Kaliancar.

Ambrolnya tanah aspal yang menyebabkan Jembatan Ngaliyan putus menyebabkan satu orang luka-luka ringan. Ny Katiyem, 45, warga Josutan RT 3/RW 2, Kaliancar, Selogiri yang rumahnya berdekatan dengan jembatan menceritakan ambrolnya jembatan terjadi sekitar pukul 05.30 WIB.

“Saat itu ada tiga orang berjalan di atas jembatan, namun beruntung ketiganya bisa menyelamatkan diri. Dua orang, yakni Parno dan Jafar berhasil menyambar tiang jembatan dan menggelantung, sedangkan Eko Hartanto, anak Parno mampu melewati jembatan setelah didorong oleh Jafar. Pak Jafar sendiri kakinya luka-luka karena mencoba mendorong Eko untuk menyelamatkannya,” ujarnya.

Sementara itu Jembatan Gempeng, Desa Jaten, Selogiri menyebabkan arus lalu lintas antarkabupaten putus. Jembatan itu mampu menghubungkan Desa Jaten, Selogiri ke Nguter, Sukoharjo. Menurut Karmin, warga Gempeng, Jaten ambrolnya jembatan terjadi sekitar pukul 09.30 WIB. “Saya dan warga melihat sendiri ambrolnya jembatan itu,” ujarnya.

Camat Selogiri, Bambang Haryanto didampingi Kasi Pemerintahan Desa (PMD) Kecamatan Selogiri, Sunardi langsung turun melakukan pengecekan ke lokasi bencana. Mantan Camat Puhpelem dan Slogohimo ini menyatakan ada enam desa yang terkena bencana alam. Yakni Desa Kaliancar, Jendi, Pule, Jaten, Gemantar dan Pare. Bencana alam itu berupa tanah longsor, rumah dan lahan sawah tergenang. “Kerugian akibat bencana alam tahun ini senilai Rp 800-an juta dan kini kami masih melakukan pendataan.”

tus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya