SOLOPOS.COM - PROSESI -- Iring-iringan kendaraan militer yang mengawal peti jenazah pemimpin Korut, Kim Jong-il melintasi jalan raya di Ibukota Pyongyang dalam prosesi penghormatan terakhir, Rabu (28/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PENGHORMATAN TERAKHIR -- Pewaris kekuasaan Korea Utara, Kim Jong-un terlihat di ujung sisi kanan depan mobil yang membawa peti jenazah ayahnya, Kim Jong-il, dalam prosesi penghormatan terakhir bagi penguasa Korut itu, Rabu (28/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PYONGYANG – Hujan salju dan air mata mengiringi prosesi penghormatan terakhir bagi pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, Rabu (28/12/2011).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Satu-satunya sumber informasi dari prosesi tersebut adalah tayangan dari stasiun TV pemerintah Korut yang memperlihatkan jalannya prosesi. Dalam suasana suram akibat mendung dan salju yang turun, terlihat iring-iringan kendaraan yang menyertai mobil limusin yang membawa peti jenazah Kim Jong-il, yang meninggal dunia 17 Desember lalu akibat serangan jantung, melintasi jalan-jalan utama di Ibukota Korut, Pyongyang. Puluhan ribu warga dan personel militer Korut berjajar di sepanjang rute prosesi di bawah guyuran hujan salju. Tayangan TV memperlihatkan warga dan personel militer yang menangis histeris serta meratap-ratap.

Ekspedisi Mudik 2024

Yang cukup unik kalau diperhatikan adalah mobil limusin yang dipakai untuk membawa peti jenazah serta sebuah foto besar Kim Jong-il adalah mobil Amerika yaitu Lincoln. Padahal selama ini rezim Korut dikenal sangat anti-Amerika. Jip-jip militer yang mengawal prosesi itu juga bukan jip buatan Rusia yang umumnya dipakai di negara-negara komunis, melainkan kalau dilihat dari bentuknya adalah jip Mercedes.

Kim Jong-un, putra Kim jong-il, yang merupakan pewaris kekuasaan, dalam salah satu tayangan TV terlihat berjalan mengiringi kendaraan pembawa jenazah. Di belakangnya terlihat Jang Song-thaek, paman sekaligus tokoh yang diyakini berperan sebagai pembimbing sekaligus penjamin masa transisi kepemimpinan. Turut mendampingi adalah Ri Yong-ho, kepala staf militer.

PROSESI -- Iring-iringan kendaraan militer yang mengawal peti jenazah pemimpin Korut, Kim Jong-il melintasi jalan raya di Ibukota Pyongyang dalam prosesi penghormatan terakhir, Rabu (28/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Posisi Jang Song-thaek bagi para pengamat Korut memiliki daya tarik tersendiri. Pria berkacamata berusia 65 tahun ini disebut telah berhasil selamat dari ruwetnya intrik politik di sekitar lingkaran kekuasaan Korut dan berhasil terpilih sebagai Wakil Ketua Komisi Pertahanan Nasional, salah satu lembaga negara terkuat yang dipimpin langsung oleh Kim Jong-il. “Kim Jong-un jelas merupakan pemimpin baru, namun untuk urusan hirarki dan pengaruh, Jang punya posisi yang kuat,” ujar Yoo Ho-yeol, pakar Korut pada Universitas Korea di Korea Selatan.

Semenanjung Korea terpecah di akhir Perang Dunia II saat kawasan itu terpecah menjadi Korea Utara, atau dengan nama resmi Republik Demokratik Rakyat Korea, yang berhaluan komunis dan Republik Korea atau Korea Selatan yang didukung AS dan negara-negara Barat. Di bawah sang bapak pendiri, Kim Il-sung, Korut berupaya mengintegrasikan Korea Selatan ke dalam wilayahnya yang mengakibatkan pecahnya Perang Korea tahun 1950-1953.

Kim Il-sung menjadi pemimpin Korut yang paling dipuja dan didewakan, khususnya berkat modal kepemimpinan dan reputasinya sebagai pemimpin perjuangan melawan kolonialisme Jepang. Dia kemudian menciptakan dinasti komunis pertama di dunia dengan menunjuk putranya, Kim Jong-il sebagai pewaris kekuasaan. Namun Korut di bawah Kim Jong-il mulai mengalami kemunduran, khususnya akibat sejumlah bencana alam yang menghancurkan panen dan membuat negeri itu dilanda kelaparan di tahun 1990-an.

Di sisi lain Korut makin agresif mengembangkan persenjataan militer khususnya rudal nuklir. Masalah pengembangan nuklir ini yang kini dicemaskan AS dan sekutu-sekutunya, khususnya mengingat sang pewaris takhta sekarang, Kim Jong-un, dinilai masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kim Jong-un yang diperkirakan berusia sekitar 28 atau 29 tahun, dulunya bersekolah di Swiss dan sama sekali tak punya pengalaman politik atau militer.

“Bisa jadi akan ada penindasan baru bagi semua pihak yang dicurigai untuk jangka waktu yang lama,” ujar Pak Sang-hak, mantan pelarian asal Korut yang memimpin sebuah LSM di Korsel yang membantu para pembelot. “Ini karena ada periode ketidakstabilan selama masa transisi kepemimpinan oleh Kim Jong-un. Penindasan itu dilakukan untuk intimidasi dan penegakan disiplin,” ujarnya.

bas/Rtr

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya