SOLOPOS.COM - Ilustrasi Tanaman Cabai (JIBI/Harian Joga/deptan.go.id)

Petani di Umbulmartani Ngemplak Sleman sedang membajak lahan untuk persiapan menanam cabai, Minggu (21/10/2012). (Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

SLEMAN—Memasuki musim hujan, petani di Umbulmartani, Ngemplak, Sleman mengkhawatirkan serangan hama patek pada tanaman cabai. Pasalnya, serangan hama yang menyerang bagian buah tersebut bisa mengakibatkan panen gagal total.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Sugiman, 50, petani asal Kimpulan, Umbulmartani, menuturkan, serangan patek tidak hanya menyebabkan produksi menurun, tetapi panen gagal. Pemilik sawah seluas 700 meter persegi di desa Umbulmartani ini mengaku jika panen berhasil maka ia akan mendapatkan 80 kilogram cabai.

“Tapi jika ada serangan patek, setenganya saja tidak ada, bisa dibilang panen gagal karena buah cabai rusak,” ujarnya kepada Harian Jogja, Minggu (21/10/2012).

Hama patek, ungkap dia, tidak bisa dihilangkan dengan pestisida karena belum ada obat yang bisa menghalau serangan tersebut. Saat ini, para petani hanya membeli obat dari dinas pertanian setempat untuk mengantisipasi adanya serangan. “Tapi lagi-lagi harganya pun relatif mahal, lebih dari Rp20 ribu,” sebut Sugiman.

Dikatakannya, sekalipun musim hujan rata-rata petani di Umbulmartani enggan menanam padi karena debit air dirasa tetap kurang. Padi, sambung dia, hanya sekali panen dalam setahun karena air yang digunakan harus membeli dari Kaliurang. “Ini sudah berlangsung bertahun-tahun,” tukas dia.

Lain halnya dengan Giyono, 56, petani asal Kimpulan, Umbulmartani, yang memilih untuk menanam kacang ketimbang cabai. Alasannya, pemeliharaan tanaman cabai mahal. Untuk luas lahan tidak lebih dari 500 meter persegi, petani cabai dapat mengeluarkan uang lebih dari Rp1 juta. “Namun, jika menanam kacang paling hanya Rp400.000,” jelasnya.

Kendati demikian, bukan berarti menanam cabai tidak memiliki kendala. Lagi-lagi, sulitnya air menjadi hal utama yang dihadapi para petani di daerah tersebut. “Saluran irigasi ada, tapi airnya yang tidak ada,” tandas Giyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya