SOLOPOS.COM - Lahan tembaku yang layu di Kecamatan Eromoko, Wonogiri. (Istimewa)

Solopos.com,WONOGIRI — Petani tembakau di sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Eromoko, Wonogiri terancam gagal panen. Hal ini terjadi karena tanaman tembakau di sana mendadak layu diduga akibat curah hujan tinggi. Jika cuaca tidak segera membaik, para petani di wilayah Wonogiri bagian selatan bisa rugi.

Camat Eromoko, Danang Erawanto, mengatakan pada pekan lalu wilayahnya diguyur hujan lebat. Padahal salah satu pantangan tanaman tembakau agar berhasil panen adalah tidak boleh terkena hujan lebat.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Namanya juga alam, tidak dapat diprediksi. Jadi ketika hujan lebat mengguyur Eromoko pekan lalu, tanaman tembakau banyak yang layu,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (23/6/2021).

Baca juga: Beda dengan Solo, Gurihnya Serabi Khas Blora Kaya Rasa Kelapa

Ekspedisi Mudik 2024

Danang mengatakan lahan tanaman tembakau di Eromoko saat ini luasnya 800 hektare. Adapun tembakau yang mengalami layu atau terdampak cuaca sekitar 220 hektare. Tembakau di Eromoko, Wonogiri itu dibudidayakan sebanyak 94 petani yang tersebar di 11 desa dan kelurahan.

Menurut Danang, daerah yang terdampak parah yakni Desa Sumberharjo, Tegalharjo, Ngadirejo dan Eromoko. Sedangkan tembakau di bagian utara Eromoko kondisinya normal. Sementara itu, di bagian selatan terpantau aman atau tidak terdampak.

Jika curah hujan tetap tinggi, kata dia, tanaman tembakau yang sudah siap panen bisa mati. Saat ini para petani di Eromoko, Wonogiri, berupaya mengeringkan lahan tembakau dengan cara mengeruk saluran air di sekitarnya. Jadi ketika turun hujan, maka air langsung mengalir dan tidak merendam akar tembakau.

Baca juga: Mantap! Embung Untuk Mengairi Pakan Ternak di Sumberejo Wonogiri Berpotensi Jadi Objek Wisata Pancingan

Ia menegaskan, hingga kini belum ada petani tembakau di Eromoko yang gagal panen. Sebab tembakau yang terdampak sudah cukup umur. Namun kualitas daun tembakau itu tidak sesuai dengan grade atau tingkatan yang ditentukan oleh perusahaan.

“Belum bisa dibilang gagal panen. Tapi terancam gagal panen. Daun tembakau yang layu itu akan ditunggu sampai warnanya menguning kemudian baru dipanen. Setelah dikeringkan, tembakau dijual dalam bentuk robyong atau sudah dirajang,” ungkap dia.

Baca juga: Ratusan Makanan Lezat Buatan Raja Kuliner Solo Siap Manjakan Lidah Peserta PON 2021

Saat ini, lanjut Danang, harga tembakau di pasaran dapat dikatakan cukup bagus. Untuk tembakau yang dijual robyong harganya sekitar Rp6000-Rp8000 per kilogram. Sedangkan tembakau yang sudah dirajang sekitar Rp21.000 hingga Rp25.000 setiap satu kilogram.

“Biasanya, petani di Eromoko menjual hasil panenan ke perusahaan tembakau yang memiliki gudang di Kabupaten Klaten,” kata Danang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya