SOLOPOS.COM - Petugas PT KAI Daops IV Semarang mengerjakan peninggian rel di Kaligawe, Kota Semarang, Senin (8/2/2021). (Istimewa-Humas PT KAI Daops IV Semarang)

Solopos.com, SEMARANG -- Banjir yang menggenangi sebagian wilayah di Kota Semarang, Jawa Tengah, sejak Sabtu (6/2/2021), dipicu tingginya intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir dan tidak optimalnya pompa di sejumlah rumah pompa.

Setidaknya tercatat 29 titik banjir pada 10 kecamatan di Kota Semarang yang letak geografisnya merupakan perpaduan daerah perbukitan dan dataran rendah atau pesisir pantai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ratusan rumah warga Semarang dilanda banjir dengan ketinggian genangan air antara 30 centimeter hingga 2 meter.

Baca juga: Banjir Bukan Satu-Satunya Momok Semarang, 20 Lokasi Ini Rawan Longsor

Selain pemukiman warga, banjir juga menggenangi Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan simpul-simpul transportasi seperti Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, serta Stasiun Tawang sejak Sabtu.

Seluruh pasien di rumah sakit tersebut terkonfirmasi aman dan menjalani perawatan di lantai 2, 3, dan 4 karena seluruh lantai 1 terendam banjir.

Selain itu, terjadi kemacetan di jalur pantura di Kota Semarang akibat beberapa ruas jalan tergenang air banjir.

Masalah Administratif

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang melakukan inspeksi pada Minggu (7/2/2021) mendapati tidak optimalnya pengoperasian pompa penyedot banjir di Rumah Pompa Mberok, Kota Semarang.

Dari tiga unit pompa yang terpasang, hanya ada satu pompa yang dioperasikan karena terkendala masalah administratif antara Pemerintah Kota Semarang dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ganjar menyatakan dalam kondisi darurat harus dilakukan tindakan cepat, termasuk pengoperasian pompa secara optimal agar genangan air cepat surut.

Baca juga: Jalur Kereta Api Masih Terendam Banjir, Rel di Semarang Ditinggikan

Kepala UPTD Pengelolaan Pompa Banjir Wilayah Tengah Dua DPU Kota Semarang Yoyok Wiratmoko membenarkan alasan tidak difungsikannya semua pompa di lokasi itu karena memang belum ada serah terima secara resmi.

"Itu yang mengerjakan adalah Kementerian PUPR, dan belum diserahkan ke Pemkot Semarang. Jadi untuk mengoperasionalkannya, itu masih di ranah PUPR, tapi kami sudah melakukan komunikasi," katanya.

Rumah Pompa Mberok menjadi tumpuan utama penanganan banjir di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang.

Banjir di Kota Semarang juga secara tidak langsung mengundang tiga menteri untuk hadir melihat langsung penanganan pascabencana dan para korban yang menderita kerugian dalam jumlah tidak sedikit.

Ketiga menteri itu adalah Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Saat mendatangi dapur umum dan korban banjir di Perumahan Tlogosari Semarang, Mensos bahkan harus memohon kepada petugas BBWS Pemali Juana untuk mengoperasikan seluruh pompa di Rumah Pompa Sungai Tenggang guna mempercepat surutnya genangan.

Dalam sambungan telepon, Mensos mendengar penjelasan beberapa unit pompa penyedot dimatikan untuk proses pendinginan setelah sebelumnya dioperasikan, namun dari keterangan petugas lainnya mengaku ada pemadaman listrik.

"Tolong (pompanya) dinyalakan semua Pak, ini masih ada genangan, biar cepat surut, terlalu lama ini kasihan warga," ujar mantan Wali Kota Surabaya itu pada Minggu malam.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut kapasitas pompa-pompa air pengendali banjir di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu harus ditambah karena sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan iklim yang luar biasa.

Tak Mampu Menampung Air

Kapasitas pompa yang dipunyai saat ini hanya cukup untuk mengantisipasi limpahan air kalau curah hujannya seperti 2013 lalu, sedangkan perkembangan iklim yang luar biasa saat ini terlihat dari curah hujan ekstrem yang menyebabkan banjir.

"Evaluasi lain dari banjir yang melanda Semarang adalah rehabilitasi drainase yang dinilai sudah tidak mampu menampung air dengan curah hujan ekstrem," ujarnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem saat musim hujan di wilayah Provinsi Jawa Tengah masih dimungkinkan terjadi hingga Maret 2021, sedangkan puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Januari-Februari 2021.

Baca juga: PNS, TNI, Polri, hingga Pegawai BUMN Dilarang ke Luar Kota Saat Libur Imlek



Berbagai faktor pengendali iklim di wilayah Indonesia, saat ini sedang aktif berpengaruh Monsoon Asia serta daerah konfergensi antartropis atau zona pertemuan angin dari Asia dan Australia.

Kondisi tersebut memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Selain itu, fenomena La Nina juga masih aktif dengan indeks moderat yang mengarah ke kondisi lemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya