SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor melintasi Jalan yang basah setelah hujan turun, di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (23/9/2019). ( Antara-Jessica Helena Wuysang)

Solopos.com, JAKARTA — Titik panas dan asap di sejumlah kawasan di Tanah Air yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi berkurang, salah satunya dipicu hujan.

“BMKG [Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika] mencatat curah hujan yang turun di wilayah karhutla berkontribusi cukup signifikan dalam pengurangan jumlah titik panas dan asap di beberapa daerah,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R. Mulyono R. Prabowo di Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu, kata dia, seperti yang tercatat pada 23 September 2019 dengan hujan terjadi cukup merata di Provinsi Kalimantan Barat.

Mulyono mengatakan BMKG mencatat curah hujan tertinggi di AWS SMPK Anjongan, Kabupaten Mempawah, sebesar 64,5 mm.

“Selain itu, di Provinsi Riau tercatat curah hujan tertinggi di AWS Kandis, Kabupaten Siak, sebesar 12,3 mm,” kata dia.

BMKG, kata Mulyono, mengidentifikasi terdapat perubahan kondisi atmosfer yang cukup signifikan sejak tanggal 23 September 2019. Perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa peningkatan desakan massa udara kering dari wilayah barat Indonesia.

Penguatan desakan massa udara kering, kata dia, mengakibatkan daerah massa udara basah yang sebelumnya cenderung meluas di wilayah Indonesia bagian selatan kini cenderung meluas ke wilayah Indonesia bagian barat.

“Selain itu, daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) akan terbentuk memanjang di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat,” kata dia.

Keberadaan daerah konvergensi itu, kata dia, meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Kalimantan dan Sumatra dalam sepekan ke depan.

Dia mengimbau masyarakat yang berada di beberapa wilayah dekat dengan karhutla untuk selalu waspada dan tetap menyiapkan masker agar terhindar dari potensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Mulyono mengatakan BMKG juga mendeteksi adanya penurunan jumlah titik panas di wilayah Asia Tenggara.

Menurut pantauan satelit polar (NOAA-20, Terra/Aqua, SNPP) selama 22-24 September 2019 setidaknya terdapat 3.216 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara.

“Jumlah titik panas ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah titik panas pada periode waktu 19-21 September 2019 yang mencapai 5.162 titik,” katanya.

Dia mengatakan lokasi titik panas tersebut di antaranya berada di wilayah Indonesia (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan), Malaysia, Filipina, Vietnam serta Timor Leste.

Pada 22 September, kata dia, terdeteksi adanya sebaran asap dari wilayah Sumatra ke Singapura dan ke Semenanjung Malaysia serta dari wilayah Kalimantan Barat ke Serawak.

“Namun, 23 September dan 24 September tidak terdeteksi adanya sebaran asap yang memasuki wilayah Malaysia maupun Singapura,” kata dia.

Mulyono mengatakan beberapa lokasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan jumlah titik panas yang fluktuatif.

Pada 21-23 September, kata dia, jumlah titik panas cenderung bertambah di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur namun cenderung berkurang di wilayah Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya