SOLOPOS.COM - Warga Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Riyanto, memakai kain yang difungsikan sebagai masker di selter Jl. Prof. Dr. Supomo, Solo, Selasa (3/3/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Hujan abu dari erupsi Gunung Merapi yang melanda Soloraya, Selasa (3/3/2020) pagi, membuat warga panik ke sana kemari mencari masker.

Sayangnya, mereka harus gigit jari karena stok masker di hampir semua apotek di Soloraya kosong sejak virus corona merebak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga pun harus putar otak untuk mendapatkan masker untuk melindungi diri dari debu abu vulkanik Merapi. Sebagian warga mendatangi penjahit dengan membawa kain untuk dibuatkan masker.

Seperti yang dilakukan warga Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Riyanto. Selasa sekitar pukul 11.23 WIB, Riyanto mendatangi penjahit selter Jl. Prof. Dr. Supomo.

Merapi Erupsi Pagi Tadi, Boyolali Diguyur Hujan Abu

Ia melepas kain warna hitam yang menutupi mukanya lalu menyerahkan sobekan kain tersebut kepada salah satu penjahit, Ahmadi, 54, yang sedang menjahit celana.

Ia meminta Ahmadi membuat masker dari sobekan kain hitam tersebut segera.

“Saya mau beli masker di lima apotek dan rumah sakit enggak dapat satu pun. Masker langka. Padahal butuh karena hujan abu,” katanya kepada Solopos.com sembari menunggu Ahmadi membordir kain hitam sepanjang kira-kira 80 sentimeter tersebut.

Riyanto melakukan perjalanan ke Sukoharjo sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika ia kembali menuju rumah, abu vulkanik Gunung Merapi mengganggu perjalanan pulang.

Panik Coronavirus Indonesia, Harga Masker Tembus Rp850.000!

Tak mau sesak napas dan mengambil risiko ia mampir ke salah satu apotek di Grogol, Sukoharjo. Namun, ia tak mendapat satu masker pun untuk melindungi organ pernapasannya dari abu Merapi.

Laki-laki 52 tahun tersebut mencoba bertanya kepada petugas di setiap apotek yang dilewatinya dalam perjalanan menuju Solo. Ia bahkan sempatn bertanya ke salah satu di rumah sakit swasta mengenai stok masker yang kerap dibagikan gratis kepada pengunjung tetapi tak berbuah hasil.

“Masker kosong. Biasanya stoknya [di rumah sakit] banyak dan gratis. Kalau beli masker di apotek biasanya Rp4.000. Saya mau beli enggak ada,” katanya.

Tak sampai lima menit kain hitam miliknya selesai dibordir oleh Ahmadi. Ia menyerahkan uang Rp5.000 dan mendapatkan kembalian Rp2.000.

Main di Stadion Manahan, Persis Solo Vs Semen Padang Digelar Kamis (5/3/2020)

“Yang penting bisa untuk masker,” katanya lalu melanjutkan perjalanan.

Sementara itu, Ahmadi mengaku sehari itu sudah mendapat order menjahit enam masker termasuk dari Riyanto. Warga yang order masker memanfaatkan kain tak terpakai dengan tambahan kain khusus yang dirangkai di sisi depan.

“Nembe mawon enten pesenan lima masker [baru saja ada pesanan lima masker]. Jarang-jarang ada pesanan masker. Saya pernah bikin masker untuk pengemudi ojek online,” katanya kepada Solopos.com.

Respirator Seperti yang Dipakai Repoter TV One Tak Bisa Cegah Virus Corona

Ahmadi menjelaskan pelanggannya kesulitan mendapat masker di apotek karena stok habis diborong warga.

Ia tidak tahu persis stok masker di apotek habis karena merebaknya virus corona atau karena dibeli warga yang membutuhkan masker saat hujan abu.

Menurut Ahmadi, masker buatannya lebih awet dibanding masker yang dijual di pasaran karena dapat dicuci. Ia menjual satu masker Rp15.000 per unit.

Tapi jika pelanggan membawa kain sendiri ia mematok tarif menjahit Rp5.000 untuk satu masker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya