SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Ambulans putih berpelat nomor merah AD 9590 NE melaju pelan di jalan kampung Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, Minggu (3/3/2019). Lampu rotator berwarna merah di bagian atas ambulans menyala berkedip-kedip.

Dari pengeras suara di depan lampu rotator itu terdengar suara nyaring seorang perempuan. Suara itu ternyata milik orang nomor satu di Bumi Sukowati, yakni Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia keliling ke kampung-kampung untuk sosialisasi gerakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada Minggu di enam desa wilayah Kedawung. “Assalamualaikum Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Sudahkah kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk [PSN]? Alhamdulillah kalau sudah,” suara Yuni, sapaan Bupati, lantang menyapa warga yang berkerumun di setiap persimpangan jalan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen Hargiyanto menjadi sopir Bupati selama sosialisasi dengan mobil ambulans milik Pemkab Sragen itu. Sosialisasi PSN dimulai dengan apel di Lapangan Desa Mojokerto sejak pukul 06.00 WIB.

Seusai apel, Yuni dan Hargiyanto berkeliling ke desa-desa lainnya, yakni Jenggrik, Celep, dan terakhir di Pengkok. “Ini ada oleh-oleh makanan ringan. Ini yang masak bupati lo,” ujar Yuni sambil menyodorkan aneka makanan ringan dalam kotak plastik.

Dalam sekejap isi kotak plastik itu ludes jadi rebutan warga. Pembagian makanan ringan itu dibantu Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sragen Yuniarti.

Di sela-sela pembagian makanan itu, Yuni diajak foto bersama warga secara bergantian. Hampir setiap Yuni berhenti warga berebut foto bersama. Yuni seperti seorang artis dadakan.

Yuni berhenti di lingkungan RT 004B Pengkok. Ia dan rombongannya disambut di rumah Sarni. Di sana Yuni menyampaikan fakta tentang house index (HI) atau indeks rumah yang ada jentik-jentik nyamuknya. Ia menyebut ada enam desa yang dilakukan PSN door to door.

“Dari sampel yang disurvei ternyata ditemukan jentik-jentik nyamuknya seperti di Celep, ada 1.963 rumah yang disurvei ternyata ditemukan jentik-jentik nyamuk di 105 rumah sehingga HI-nya 5,60%. Di Pengkok, ada 45 RT, dari 1.955 rumah yang disurvei ternyata ditemukan jentik di 223 rumah dengan persentase HI 11,41%. Jadi dari enam desa yang disurvei, Pengkok yang paling tinggi HI-nya,” ujar Bupati.

Warga menyambut pengumuman Yuni itu dengan tepukan tangan yang membuat Yuni heran. Menurut Yuni, warga yang wilayahnya memiliki angka HI tinggi seharusnya sedih karena itu berarti banyak jentik-jentik yang berpotensi menjadi nyamuk aedes aegypti pembawa penyakit DBD.

“Ini paling banyak jentiknya malah tepuk tangan?” katanya sembari disambut gelak tawa warga yang hadir.

Yuni meminta kepada setiap RT di Pengkok agar membentuk juru pemantau jentik-jentik (jumantik) satu rumah satu jumantik. Selain itu, Yuni meminta setiap ketua RT menggerakkan warga untuk menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti serai wangi, lavender, dan rosemary.

Contoh-contoh tanaman itu ditunjukkan kepada warga agar mengetahui dan bisa dibeli dengan harga hanya Rp10.000/batang. Kepala Desa Pengkok, Warijo, berencana membentuk kader jumantik di 45 RT.

Selama ini kader jumantik hanya ada di tingkat desa. Di sisi lain, Warijo mengakui kesadaran masyarakat untuk PSN setiap pekan sekali rendah.

DKK Sragen mencatat laporan kasus demam yang masuk per 28 Februari 2019 mencapai 988 kasus. Sekretaris DKK Sragen Fanni Fandani menjelaskan setelah kasus tersebut dimasukan ke dalam aplikasi DBD elektronik maka diketahui 66 kasus positif DBD, 367 kasus positif demam dengue (DD), dan sisanya bukan DBD atau DD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya