SOLOPOS.COM - Ilustrasi check in di hotel (Dailyfinance.com)

Hotel di Jogja mulai perang tarif memasuki low season

Harianjogja.com, JOGJA-Masalah perang tarif selalu dikeluhkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat low season seperti ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain hotel yang berani memasang harga di bawah batas bawah yang telah ditentukan, beberapa hotel yang belum mengantongi sertifikat juga berani mendeklarasikan diri sebagai hotel bintang lima demi menarik para tamu.

PHRI DIY melalui pimpinannya Istijab Danunegoro menyampaikan pada awak media Jumat (26/2/2016) lalu bahwa ada sekitar sepuluh hotel yang berani memproklamirkan dirinya sebagai hotel bintang lima.

Padahal, sertifikat bintang lima pun belum dikantongi atau bahkan hanya tersertifikasi bintang tiga. “Ada sepuluh [kasus] kira-kira. Rata-rata dilakukan hotel-hotel baru, hotel-hotel budjet,” tegasnya.

Istijab mengatakan, oknum hotel yang mengaku bintang lima tersebut kerap ditemukan melakukan promosi melalui media online. Dengan terang-terangan mereka menyebut bersertifikat bintang lima namun ketika tamu sudah melakukan pemesanan dan datang ke hotel yang dimaksud, tak sedikit konsumen yang mengeluh. “Lho ini bintang tiga ini bukan bintang lima,” ungkapnya menirukan keluhan konsumen.

Kasus seperti ini dirasa merugikan industri perhotelan DIY. PHRI pun sudah langsung memberikan surat teguran kepada hotel-hotel yang melakukan tindakan penipuan secara online tersebut.

Sayangnya, PHRI belum memiliki payung hukum kuat untuk sampai mencabut izin usaha hotel. Hal ini pun semakin dimanfaatkan oknum hotel untuk mengelabui konsumen.

Permasalahan perang tarif juga menjadi perhatian PHRI DIY. Istijab menyampaikan, ada beberapa hotel yang bermain secara tidak sehat.

Mereka memasang harga di bawah harga batas bawah demi menarik konsumen. Batas bawah bintang lima adalah Rp500.000, bintang empat Rp400.000, bintang tiga Rp300.000, bintang dua Rp250.000, dan bintang satu Rp150.000.

PHRI kerap menemukan spanduk-spanduk berisi tarif inap murah yang dipasang di depan hotel. Mereka mematok harga murah agar menarik para tamu.

Istijab mengatakan, kasus seperti ini justru akan merugikan hotel itu sendiri. “Nanti yang kasihan dianya sendiri karena terlanjur jual murah jadi kalau mau menaikkan harganya lagi agak kesulitan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya