SOLOPOS.COM - Foto Dangdut Purawisata JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto

Foto Dangdut Purawisata
JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto

JOGJA—Terhitung mulai 1 Mei mendatang pentas dangdut di Purawisata, Jalan Brigjen Katamso, ditiadakan menyusul akan dibangunnya sebuah hotel di kompleks Purawisata.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

“Saya tidak tahu persis alasan pemilik menghentikan pentas dangdut di Purawisata. Ada kemungkinan musik tersebut kurang pas jika dinyanyikan di kompleks Purawisata,” Kata Isnur Dewoyono, Manajer Program Purawisata kepada Harian Jogja, Rabu (24/4) saat ditemui di ruangannya.

Langkah sepihak yang dilakukan pemilik Purawisata membuat penggemar fanatik dangdut Purawisata kecewa terlebih bagi grup orkes dangdut yang selama ini langganan tampil di Purawisata. Mereka bahkan ada yang sudah bermain di Purawisata sejak 1990 silam seperti orkes dangdut Om Latanza dan Satria.

“Ada salah satu orkes dangdut yang langsung menyelesaikan kontrak dini karena pemberitahuan itu,” ujar Dewo, sapaan akrab Isnur Dewoyono.

Selain itu, secara tidak langsung dengan ditutupnya pentas dangdut itu membuat regenerasi penyanyi dangdut menjadi terhambat. Pasalnya, Purawisata selama ini telah menjadi kawah candradimuka bagi sejumlah biduan dangdut untuk meretas karier. Di tempat inilah, terlahir sejumah biduan dangdut yang sudah masuk ke level nasional seperti Vivin Fania, Denok Renita, Ratna Monika dan masih banyak lagi.

“Kalau disini sudah ditutup dimana lagi penyanyi dangdut harus tampil?,” tanyanya.

Menurut Dewo, sejak pemilik memutuskan menghilangkan program dangut pihaknya langsung berupaya untuk mencarikan tempat baru bagi orkes dandgut dan penyanyi dangdut agar bisa tampil.

Hanya saja, diakuinya untuk mencarikan tempat bagi mereka bukan perkara mudah. Sebab musik dangdut membutuhkan penanganan khusus berbeda dengan musik lainnya.

“Kalau tampil dikafe jelas tidak mungkin karena kafe kan biasanya tampilnya diatas jam 11 malam. Kasihan mereka bisa diprotes sama keluarga. Apalagi di kafe tergolong mahal, karena untuk menonton minimal harus menyiapkan uang banyak berbeda dengan disini dimana 20 ribu saja sudah bisa nonton dan beli minuman ringan,” terangnya.

Dari hasil pencarian tempat baru itu, Dewo mendapat empat tempat alternatif yang bisa dijadikan opsi untuk menampung orkes dangdut Purawisata. Tempat tersebut yakni XT Square, Taman Pelangi,Piramid dan pasar gabusan Bantul.

Namun, kata dia, sejauh ini belum ada kesepakatan pasti terlebih tempat yang dituju itu dinilai kurang strategis. “Yang pasti idealnya dangdut tidak bisa dimainkan di indoor karena membuat penonton dan pemain tidak nyaman,” terangnya.

Sejak keputusan manajemen Purawisata menghilangkan dangdut, Dewo mengaku sudah melakukan upaya dengan berdialog dengan pemilik Purawisata yang selama ini tinggal di Jakarta.

Hanya saja, keputusan tersebut tidak bisa ditawar lagi. Dewo sendiri cukup menyayangkan keputusan pemilik karena sejatinya pentas dangdut sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan pentas lainnya yang selama ini juga digelar di Purawisata.

Dengan dihilangkannya program dangdut di Purawisata, maka sejak awal Mei mendatang Purawisata akan membuat jadwal baru. Dangdut yang biasanya disuguhkan pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu akan diganti dengan program tembang kenangan, musik rock, dan musik reaggae.

“Khusus Mei mendatang tembang kenangan akan tempil lebih banyak yakni sampai tiga kali menggantikan dangdut,” terangnya.

Mengenai hotel yang akan dibangun di Purawisata rencana akan dipusatkan kompleks paling depan bagian Purawisata. Hotel itu rencananya akan mulai dibangun dalam waktu dekat ini. Maka dari itu, pemilik Purawisata memutuskan menghilangkan musik dangdut karena dinilai menurunkan citra hotel.

Salah satu pengunjung yang kerap menonton dangdut di Purawisata, Supar, 30, asal Kaliurang, Sleman mengaku kecewa dengan keputusan manajemen menutup program dangdut.

Pasalnya hampir tiap bulan pria bujang itu kerap menyaksikan pentas dangdut di Purawisata terutama tatkala dirinya sedang dilanda stress karena tekanan pekerjaan.

“Hampir setiap ada masalah kerjaan saya datang kesini. Tapi kalau mau ditutup saya harus datang kemana nonton dangdut” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya