SOLOPOS.COM - Kuliner khas Jepara, horok-horok yang dicampur sayur pecel dan sate kikil. (Murianews.com)

Solopos.com, JEPARA — Horok-horok mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun tidak bagi warga Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng). Horok-horok merupakan nama sebuah makanan yang menjadi kuliner khas bagi masyarakat Jepara.

Horok-horok merupakan makanan yang terbuat dari tepung aren, berbentuk butiran-butiran menyerupai styrofoam. Horok-horok memiliki tekstur kenyal, rasa yang asing atau gurih, dan berwarna kecokelatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Biasanya, kuliner khas Jepara, horok-horok ini disajikan dengan sayur dan lauk pauk. Namun, ada juga yang menyajikan horok-horok dengan sate kikil dan pecel, maupun bakso yang memiliki kuah.

Baca juga: Ndas Borok Kuliner Khas Temanggung, Lezat Tak Seburuk Namanya

Dikutip dari Murianews.com, horok-horok menjadi makanan pengganti nasi bagi masyarakat Jepara saat masa penjajahan Jepang. Kajian tentang horok-horok ini juga disampaikan mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Prasiska, dalam kajian studi berjudul ‘Horok-horok Pengganti Makanan Pokok Masyarakat Jepara pada Masa Pendudukan Jepang’.

“Horok-horok dijadikan makanan pokok pengganti nasi pada masa pendudukan Jepang,” tulis Prasiska.

Bukan tanpa sebab jika horok-horok menjadi makanan pokok masyarakat Jepara pada masa itu. Kala itu, rakyat Jepara hidup dalam kemiskinan hingga mengalami kelangkaan beras.

Akhirnya, rakyat Jepara pun memanfaatkan bahan makanan yang ada di sekitarnya untuk membuat makanan pengganti nasi. Dipilihlah tepung aren untuk menjadi horok-horok.

Baca juga: Jepara Pernah Jadi Kota Pelabuhan Terbesar Berkat Ratu Kalinyamat

Masyarakat Jepara sebenarnya sudah mengonsumsi horok-horok sejak tahun 1930. Namun, pada masa itu horok-horok hanya dijadikan makanan sampingan. Barulah pada periode penjajahan Jepang (tahun 1942-1945), horok-horok menjadi makanan utama pengganti makanan pokok, nasi.

Rakyat Jepara pun menyebut horok-horok dengan sebutan sego radio atau nasi radio. Sebutan itu muncul bagi masyarakat yang tidak bisa makan nasi.

“Pada masa pendudukan Jepang, masyarakat Jepara dilarang memakan nasi. Jika ketahuan ada keluarga yang makan nasi, maka keluarga tersebut akan diberikan hukuman bahkan dihukum mati,” tulis Prasiska.

Diceritakan oleh Prasiska, rakyat Jepara selalu sembunyi-sembunyi ketika makan nasi supaya tak ketahuan Jepang. Jika ada tentara Jepang, nasi tersebut akan disembunyikan. Atau, mereka akan mengelabuhi tentara Jepang dengan menaruh nasi di bawah horok-horok ketika sedang makan. Horok-horok telah menjadi bagian sejarah bagi rakyat Jepara. Kini, horok-horok masih lestari di Bumi Kartini, sebutan Kabupaten Jepara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya