SOLOPOS.COM - BERAWAL SEDERHANA -- Hj Siti Aminah Abdullah di antara buku-buku terbitan Tiga Serangkai. Perusahaan penerbitan ini berawal dari upaya sang suami, Abdullah Marzuki, seorang guru, membuat ringkasan mata pelajaran untuk menunjang pembelajaran para muridnya. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Hj Siti Aminah Abdullah(JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Di usianya yang separuh abad lebih, pendiri Grup Tiga Serangkai (TS) dan Ketua Dewan Komisaris PT TS, Siti Aminah Abdullah, masih cekatan bekerja. Di ruang kerja utama lantai II perusahaan penerbitan buku inilah Aminah menghabiskan waktunya hingga sore hari. Tak tentu pukul berapa dia sampai di kantor. Tapi, setiap hari dia berada di kantor. Walau biduk perusahaan ini telah diserahkan kepada putrinya, Eny Rahma Zaena, bukan berarti Aminah minim kegiatan. Aminah dibantu asisten yang juga kerabatnya, Miswadi, menjalani kegiatan setiap hari mulai rapat, pengajian, hingga kegiatan di anak perusahaan yang berpusat di Solo ini.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Untuk menjumpainya barang 10 menit hingga 15 menit, Espos harus mengatur jadwal sedemikian rupa. Butuh waktu lebih dari sekali untuk menghubungi asisten Aminah dan beberapa kali ke kantornya. Ya, untuk memastikan ada waktu longgar untuk wawancara. “Sekarang sudah ketemu, ayo apa lagi yang ingin ditanyakan,” ungkapnya sembari tertawa ringan seusai dirinya mengikuti sesi pemotretan.

Di tengah kesibukannya yang membutuhkan energi ekstra ini, perempuan kelahiran Pacitan, 14 November 1939 ini tak merasa letih. Dia selalu bersemangat terus menimba ilmu dan berbagi apa yang diperolehnya semasa merintis karier bersama suami tercinta alm Abdullah Marzuki yang disapa Pak Dullah ini. Adalah satu kewajiban bagi umat manusia untuk bekerja secara maksimal, sehingga Aminah ingin hingga akhir hayatnya semua kemampuannya tercurah. Meski demikian, dia tak mau ngaya atau memaksakan diri saat ingin menggapai asanya. “Putus asa itu dilarang. Berikhtiar itu wajib tapi ya tidak perlu ngaya. Semua ada batasannya, tugas kita itu berusaha dengan sungguh-sungguh,” ungkapnya.

Aminah mengaku tidak betah berdiam diri tanpa melakukan suatu pekerjaan. Aminah beranggapan bekerja adalah fitrah seorang manusia. Dengan bekerja, manusia akan mendapatkan dua manfaat yakni mulia di hadapan Allah di dunia dan akhirat. Dia berfilosofi, jangan pernah menganggap remeh pekerjaan meski hasil secara materinya sedikit. Yakinilah itu semua adalah berkah dari Allah.

“Baik petugas cleaning service, pengusaha atau pun PNS, jika semua melaksanakan tugasnya secara lurus dan benar dia akan mulia di hadapan Allah,” ungkapnya. Itu juga yang menjadi prinsip Aminah dan Pak Dullah dalam merintis usaha dan membentuk karakter anak-anaknya. Dirinya mengakui setiap anaknya memiliki keinginan yang mungkin tak sama dengannya yakni bergelut di dunia percetakan. Mereka memiliki mimpi sendiri di bidang lainnya seperti ilmu teknologi, seni dan desain. Bagi Aminah, hal tersebut bukanlah masalah melainkan anugerah. Itu artinya anak-anaknya diberi kesempatan berkarya dan sukses di bidang berbeda yang selama ini dia geluti.

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, bekerjalah secara maksimal. Jangan terbiasa njagakke atau mengandalkan kemampuan orang lain, selagi masih bisa berusaha,” demikian nasihat Aminah yang sering disampaikan kepada anak dan cucunya.

Tak hanya bergerak di bidang percetakan, jaring-jaring usaha Grup Tiga Serangkai merambah berbagai bidang usaha. Di antaranya supermarket yaitu Assalaam Hypermarket, AsGross, sekolah Al Firdaus, pondok pesantren Assalaam, Niaga Distrindo dan Wangsa Jatra Lestari. Buah kesuksesan itu pun membuat orang bertanya-tanya bagaimana caranya agar laju bisnis bisa berkembang demikian pesat. Sebenarnya apa saja kiatnya? Saat pertanyaan itu diajukan, Aminah mengaku bingung lantaran tak punya kiat khusus untuk menjalankan bisnis ini.

BERAWAL SEDERHANA -- Hj Siti Aminah Abdullah di antara buku-buku terbitan Tiga Serangkai. Perusahaan penerbitan ini berawal dari upaya sang suami, Abdullah Marzuki, seorang guru, membuat ringkasan mata pelajaran untuk menunjang pembelajaran para muridnya. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Usahanya bermula dari kegelisahan dirinya dan suaminya, Abdullah Marzuki yang berprofesi sebagai guru. Saat itu, sarana belajar masih minim. Awalnya, Aminah bekerja sebagai guru di SDN Padi, Losari, Pacitan. Sedangkan suaminya mengajar di SDN Watukelir, Sukoharjo. Pada waktu itu, buku teramat berharga. Di masa itu, semangat masyarakat untuk menyekolahkan anak sangat tinggi namun tak ditunjang dengan sarana dan prasarana pendukung. Jangankan untuk membeli, suplai buku untuk daerah pinggiran seperti Losari maupun Watukelir juga minim. Awalnya, Abdullah Marzuki berinisiatif membikin ringkasan soal dan materi yang disarikan dari berbagai buku. “Modelnya, ringkasan yang mudah dimengerti siswa, semua ditulis tangan dan dibagikan kepada siswa secara gratis,” ungkap dia.

Ringkasan itu terus dievaluasi Abdullah. Sembari meramu rangkuman soal-soal ulangan, Abdullah memperbaiki muatan isinya. Begitu seterusnya. Saat itu, siswa kesulitan mendapat bahan tambahan persiapan menjelang ujian. Untuk menunjang usaha itu, Aminah dan Abdullah yang gemar membaca mulai merintis usaha sebagai agen Toko Buku Tiga yang berada di Wuryantoro, Wonogiri.

Dullah juga meminta kawannya pemilik percetakan, Wie Sang Hien, untuk mencetak naskah menggunakan perangkat sederhana. Dalam waktu tak lama, buku Himpunan Pengetahuan Umum (HPU) dan Himpunan Pengetahuan Alam (HPA) dicetak, dengan cap Tiga Serangkai yang berlogo buku. Produk itu dipasarkan. “Tak disangka-sangka, buku itu laris terbeli. Pemesan pun makin banyak,” ungkap dia.

Darah bisnis memacu Dullah membuat intisari beragam buku meliputi persiapan ujian Ilmu Hayat, Ilmu Hitung, Ilmu Bumi, Ilmu Alam dan lainnya. Responsnya luar biasa! Buku laris manis terjual, nilai kelulusan siswa pun melonjak. Dari kelulusan rata-rata 50%, tak sedikit sekolah mampu meluluskan siswa dengan nilai sempurna. Kegigihan memasarkan produk pun berlanjut. Bermodal peta Indonesia, Dullah dan Aminah mengirimkan surat ke sekolah-sekolah hingga pelosok negeri.
“Kepercayaan itu mahal harganya, kepercayaan ada karena buah kerja keras. Hingga kini, hubungan kekeluargaan dan sikap saling jujur jadi kiatnya,” jelas dia.

Dina Ananti Sawitri Setyani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya