SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (fresnoaidswalk.org)

HIV/AIDS Klaten, Dinkes bersama KPA menggelar pelatihan cara memandikan jenazah ODHA.

Solopos.com, KLATEN – Para modin di Kabupaten Klaten mengikuti pelatihan memandikan jenazah atau pemulasaraan khusus untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Pelatihan diberikan lantaran selama ini masih ada stigma atau pendapat negatif ketika ODHA meninggal dunia.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Y. Herry Martanto, mengatakan pelatihan digelar melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Ia menuturkan pelatihan digelar bertahap dan menyasar para modin di 401 desa/kelurahan.

“Ada lima tahapan pelatihan. Ini pelatihan untuk kali pertama,” kata Herry saat ditemui seusai pelatihan pemulasaraan jenazah ODHA di kantor Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Selasa (22/8/2017).

Herry menuturkan selama ini masih ada stigma di kalangan warga ketika memandikan jenazah ODHA. Ada jenazah ODHA yang terpaksa dimandikan oleh keluarga lantaran tak ada warga yang berani memandikan jenazah itu karena takut tertular HIV/AIDS.

“Pernah ada kejadian tidak ada yang mau memandikan jenazah ODHA, akhirnya keluarganya sendiri yang harus memandikan. Ada juga yang masih khawatir air mencuci jenazah itu menularkan HIV/AIDS. Sebenarnya tidak semudah itu HIV/AIDS menular. Seperti diketahui HIV/AIDS itu menular melalui transfusi darah, hubungan seks, atau ditularkan kepada anak dalam kandungan,” kata Herry.

Lantaran hal itu, agar tak ada lagi stigma atau kekhawatiran ketika memandikan jenazah ODHA, para modin dilatih. “Harapannya nanti para modin ini bisa menularkan ilmu ke masyarakat luas. Pada prinsipnya sama dengan memandikan jenazah pada umumnya tetapi memang perlu penanganan khusus,” kata dia.

Petugas kamar jenazah RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Edi Widi Hartono, mengatakan untuk memandikan jenazah ODHA para modin mengenakan masker (pelindung mulut dan hidung), sepatu boot dari karet, celemek plastik, kacamata pelindung, penutup kepala, serta sarung tangan karet.

Sementara, proses pemulasaraan dilakukan dengan tidak memangku jenazah ODHA. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan rasa aman. “Proses memandikannya bisa meletakkan jenazah di meja,” urai dia.

Soal air untuk mencucikan jenazah, Edi menjelaskan sebaiknya dibuang ke saluran pembuangan seperti septic tank agar air hasil mencuci jenazah tak mencemari sumber air. Setelah dimandikan, jenazah ODHA sebaiknya dimasukkan ke dalam peti kemudian dimakamkan. Widi menuturkan jenazah ODHA cenderung mudah membusuk.

“Sebisa mungkin jenazah ODHA itu cepat dimakamkan karena sifatnya mudah busuk. Kalau tidak segera dimakamkan kumannya bisa kemana-mana,” ungkapnya.

Berdasarkan data dari KPA Klaten, total ODHA yang terdata dari 2007 hingga Juni 2017 sebanyak 565 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 55 orang meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya