SOLOPOS.COM - Seorang remaja putri mempertunjukkan kondom yang ditiup laksana balon pada peringatan Hari AIDS di Medan, Minggu (1/12/2013). (JIBI/Solopos/Antara/Irsan Mulyadi)

HIV/AIDS Indonesia di antaranya menyerang kaum LSL atau gay. Lebih dari 20% gay di Surabaya mengidap HIV.

Solopos.com, JAKARTA — Laporan AIDS Global 2015 yang diluncurkan oleh Badan PBB untuk AIDS (UNAIDS) mengungkap ada tiga kota besar di Indonesia yang memiliki jumlah pengidap HIV tertinggi pada populasi lelaki suka lelaki (LSL) atau gay.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Laporan AIDS Global 2015 diluncurkan UNAIDS di Jeneva, Swiss, menjelang Hari AIDS Sedunia yang diperingati pada 1 Desember 2015. Dalam laporan tersebut, epidemi HIV di Indonesia terkonsentrasi dengan prevalensi HIV pada populasi dewasa sebesar 0.46%. Adapun orang yang hidup dengan HIV diperkirakan sebanyak 660.000 orang pada 2014.

“Konsentrasi infeksi HIV kebanyakan terdapat di kota/kabupaten urban dan pada populasi kunci seperti pekerja seks, MSM dan waria, serta pengguna napza suntik,” ujar Mobilization and Networking Adviser UNAIDS Indonesia, Elis Widen, dalam keterangan pers, Senin (30/11/2015).

UNAIDS Indonesia memperkirakan tren infeksi baru HIV di Indonesia akan semakin meningkat bila program penanggulangan HIV tidak segera ditingkatkan pada skala layanan tes dan pencegahan HIV. Penanggulangan itu bisa berbentuk layanan terapi ARV khususnya di daerah yang memiliki prevalensi HIV yang tinggi serta pada populasi kunci seperti pekerja seks, LSL dan waria, serta pengguna napza suntik.

Khusus pada populasi LSL atau gay, prevalensi HIV cukup tinggi di wilayah urban perkotaan di Indonesia. Prevalensi HIV pada LSL tertinggi dilaporkan terjadi di Surabaya sebesar 22,1%, Bandung 21,3%, dan Jakarta 19,6%.

Menurut UNAIDS Indonesia, cakupan penjangkauan program pencegahan HIV pada populasi LSL masih sangat rendah. Untuk itu, dibutuhkan inovasi program untuk mendekatkan komunitas pada layanan, seperti promosi dengan penggunaan sosial media, sceening HIV berbasis komunitas serta layanan Pra eksposur profilaksis atau PrEP untuk mencegah infeksi HIV dari pasangan yang sudah terinfeksi HIV.

Sementara itu, cakupan terapi antiretroviral (ARV) masih di kisaran 8% pada akhir 2014, namun secara perlahan mulai meningkat. Pencegahan penularan ibu ke anak (PMTCT) juga masih menunjukan cakupan program yang rendah. Hanya sekitar 7.25% perempuan hamil dengan HIV yang menerima terapi antiretroviral untuk memutus mata rantai penularan HIV kepada bayinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya