SOLOPOS.COM - Hillary Clinton (JIBI/Solopos/Reuters)

Hillary Clinton (Reuters)

WASHINGTON – Menlu Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, mengatakan dirinya bertanggung jawab atas situasi keamanan di Benghazi, Libya, menjelang serangan 11 September 2012, yang menewaskan empat warga AS, bukan Gedung Gedung Putih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya yang bertanggung jawab,” kata Clinton dalam sebuah wawancara dengan CNN, Senin (15/10/2012) waktu setempat, setibanya dari Peru. Pernyataan ini muncul menjelangh malam debat kedua kandidat presiden antara Barack Obama dan Mitt Romney.

Isu serangan berdarah yang juga menewaskan duta besar AS untuk Libya itu, kemungkinan menjadi topik panas dalam debat tersebut terkait kebijakan luar negeri dan penanganan pemerintah atas insiden itu.

“Saya ingin menghindari semacam blunder politik,” imbuh Clinton. Dengan hanya tersisa waktu sekitar tiga pekan menjelang pemungutan suara, Clinton menggarisbawahi, dirinyalah yang bertanggung jawab mengambil keputusan akhir terkait keamanan misi diplomatik AS di seluruh dunia, bukannya Obama dan wakil presiden Joe Biden.

Clinton juga mengatakan, dia akan bekerja keras untuk meningkatkan keamanan diplomatik di luar negeri. “Kita tidak bisa mundur dari dunia. Kita tidak bisa tidak terlibat,” katanya.

Gedung Putih telah mendapat tekanan berat dari Partai Republik atas serangkaian serangan buah kemarahan umat Islam di seluruh dunia atas beredarnya film Innocence om Muslims yang mengejek Islam. Tudingan itu masih ada meskipun intelijen AS, Prancis, Inggris dan Italia telah bereaksi cepat atas serangan aksi terorisme tersebut.

Situasi itu ditambah dengan pernyataan Biden dalam debat pekan lalu dengan calon wakil presiden Republik, Paul Ryan, dengan mengatakan pemerintah tak diberitahu soal permintaan peningkatan keamanan di lapangan. Beberapa pejabat Departemen Luar Negeri juga telah bersaksi permintaan itu telah ditolak oleh Washington.

Duta Besar AS untuk Libya, Christian Stevens terbunuh dalam serangan di Benghazi, membuatnya menjadi duta besar pertama AS yang tewas dalam serangan seperti itu sejak 1979. Romney menggunakannya untuk menyerang Obama dengan menyebut serangan itu sebagai gejala kegagalan kebijakan luar negeri Obama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya