SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Kompetisi Liga 1 memang belum secara resmi berakhir. Sesuai jadwal, kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan di Indonesia itu baru berakhir 9 Desember nanti.

Kendati demikian, PSIS Semarang sudah dipastikan bertahan di Liga 1 musim depan. Menyisakan dua laga lagi, PSIS Semarang sudah mengantongi 43 poin atau unggul tujuh poin dari tim penghuni urutan teratas pada zona degradasi, yakni Sriwijaya FC.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Untuk bertahan di Liga 1 musim ini tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan PSIS Semarang. Terlebih lagi, tim kebanggaan warga Semarang itu harus menjalani laga kandang di kota lain, yakni Magelang.

CEO sekaligus Ketua Panpel PSIS Semarang, A.S. Sukawijaya, menyebutkan pengeluaran timnya selama satu musim ini mencapai Rp26 miliar. Biaya sebesar itu melebihi perencanaa awal yang hanya berkisar Rp16 miliar.

“Biaya sebesar itu dipergunakan untuk membiaya tim, gaji pemain maupun ofisial, dan juga sewa pemain. Setiap menjalani laga kandang kami bahkan tombok,” ujar pria yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu kepada Semarangpos.com, Rabu (28/11/2018).

Berbeda dengan tim-tim lain yang mendapat tambahan penghasilan saat menggelar laga kandang, Yoyok mengaku PSIS Semarang justru merugi. Hal itu karena PSIS Semarang harus mengeluarkan biaya tambahan, seperti menyewa hotel untuk pemain maupun ofisial tim, sewa lapangan, maupun sewa stadion.

Terlebih lagi, antusiasme suporter PSIS di Stadion Moch Soebroto, Kota Magelang, tak sebesar seperti saat menggelar laga kandang di Stadion Jatidiri, Kota Semarang.

Stadion Jatidiri. (Antarafoto)

Yoyok menyebutkan selama satu musim berkiprah di Liga 1, PSIS Semarang hanya mampu meraup Rp200-300 juta setiap menggelar laga kandang di Magelang. Pendapatan terbesar hanya diperoleh saat menggelar dua laga bigmatch kala menjamu Persib Bandung dan Arema FC, sekitar Rp600 juta.

“Bisa dikatakan saat menggelar laga kandang di Magelang biayanya itu justru lebih besar dibanding away di Papua. Kita harus sewa lapangan, sewa stadion, belum untuk hotel pemain dan ofisial, kalau main di Semarang kan kita sudah punya mes, jadi pengeluaran bisa ditekan,” ungkap Yoyok.

Untungnya, lanjut Yoyok, direksi PT Mahesa Jenar, selaku perusahaan berbadan hukum yang menaungi PSIS Semarang, bersedia untuk diajak iuran menutup kekurangan dana operasional. Sementara, pendapatan dari sponsor selama ini dirasa belum cukup mendanai tim.

“Maka itu, kami berharap musim depan bisa main [kandang] di Semarang. Selama ini sih di Magelang sudah bagus. Tapi kan lebih baik bermain di rumah sendiri,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi E DPRD Jateng itu.

Meski demikian, harapan PSIS Semarang bermain di rumah sendiri terancam pupus. Hal ini dikarenakan Stadion Jatidiri masih dalam masa renovasi. Proses pembangunan stadion berkapasitas 21.000 penonton itu baru mencapai 90% dan ditarget selesai tahun 2020 nanti.

Sementara, stadion lainnya, yakni Stadion Citarum, selalu terkendala perizinan keamanan mengingat kapasitas yang tak mampu menampung puluhan ribu suporter PSIS Semarang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya