Merasa penasaran, Jon Koplo ingin melihat siapa orangnya. Namun betapa kagetnya Koplo, ternyata yang terlihat adalah sosok Mbah Cempluk! Seketika bulu kuduk Koplo berdiri, merinding ketakutan.
Kebetulan dua orang penghuni kos putri di samping rumah Koplo yang juga melihat langsung njerit dan semaput melihat penampakan Mbah Cempluk.
“Masa iya ada hantu kok pagi-pagi?” batin Koplo penasaran.
“Masa iya ada hantu kok pagi-pagi?” batin Koplo penasaran.
Dengan mulut umak-umik, Jon Koplo memberanikan diri mendekat sambil membawa gebuk untuk menjaga segala kemungkinan. Para penghuni kos putri hanya bisa melihat dari jauh sambil menggiggil ketakutan.
“Mbah, nuwun sewu, panjenengan niku menungsa napa lelembut?” tanya Koplo dikendel-kendelke.
Tiba-tiba dengan sigap Koplo memencet jempol kaki kiri nenek itu. Tentu saja yang dipencet njerit kesakitan, “Adhuuuh…!” sambatnya. Kemudian Koplo memegang lengannya.
“Panjenengan sinten Mbah, kok taksih dalu sampun nyapu latar?” tanya Koplo.
Kemudian nenek tua itu bercerita bahwa dia adalah Mbah Nicole, kembaran Mbah Cempluk yang selama ini tinggal terpisah.
Mendengar saudara kembarnya meninggal Mbah Nicole datang dan menyapu dari makam Mbah Cempluk hingga depan kamarnya. Itulah kepercayaan zaman dahulu untuk melancarkan almarhumah menghadap Yang Kuasa.
“Niku kudu dilakoni sakderenge subuh,” terangnya.
Oalaaah… tiwas mrinding!
(Purnawati Nuk Haryatmi, Jl Bima II No 9, Wonokarto RT 05/RW II Wonogiri)