SOLOPOS.COM - Nenek Sutadi, 73, menunjukkan makam kerabat Mangkunegaran yang menyatu dengan bangunan rumahnya di Jalan Sutan Syahrir, Kestalan, Banjarsari, Solo. Sabtu (29/1/2022). (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Salah satu peninggalan Mangkunegara IV yang menarik untuk dikunjungi dalam program Wisata Heritage Kestalan adalah makam kerabat di dalam rumah warga. Total ada empat makam besar dan satu makam kecil yang menyatu dengan bangunan rumah warga bernama Sutadi, 73, di Jl. Sutan Syahrir, Kestalan, Banjarsari, Kota Solo.

Rumah Sutadi berukuran sekitar 80 meter persegi. Bangunannya dibuat dua lantai dengan cat kuning sehingga terlihat mencolok dari kejauhan. Empat makam besar berada di bagian depan rumah, sementara makam kecil di rumah bagian samping. Kelimanya berjejeran dengan dapur dan kamar mandi utama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ruangan dengan empat makam tersebut cukup terawat. Dulu, ruangan tersebut pernah dimanfaatkan menjadi gudang penyimpanan alat bengkel. Namun beberapa tahun terakhir, ia tak lagi memanfaatkannya.

Baca Juga: Solo Zaman Dulu: Gemerlap Berkat Listrik Mangkunegaran

rumah dengan makam
Rumah Sutadi, 73, di Jl. Sutan Syahrir, Kestalan, Banjarsari, Kota Solo, yang terdapat makam kerabat Mangkunegaran. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (29/1/2022), Sutadi mengatakan makam tersebut sudah ada sejak kali pertama ia dan suami membeli tanah di sana, yakni pada tahun 1968. Mereka membeli tanah berukuran lebih dari 83 meter persegi, lengkap beserta makam di dalamnya. Tak berapa lama, rumah pun dibangun. Sementara makam dibuatkan ruang khusus dengan lantai keramik dan gerbang pada bagian depan.

Pada 1971 pernah ada kabar akan ada pemindahan makam. Namun, sampai saat ini tak jua direalisasikan. “Mungkin makamnya enggak mau dipindah apa bagaimana, kurang tahu. Buktinya masih ada sampai sekarang,” kata nenek-nenek itu.

Berdasarkan cerita yang dia dapatkan, makam tersebut merupakan anak-anak Mangkunegara IV. Salah satu nisan sekilas terlihat tulisan dengan aksara Jawa yang berbunyi Raden Ayu Supartinah.

Baca Juga: Sejarawan M.C. Ricklefs: Budaya Mangkunegaran Flamboyan dan Inklusif

Utusan kerabat Pura Mangkunegaran, kata Sutadi, nyekar tiap Bulan Ruwah (Sya’ban). Saat momen tersebut, dirinya biasanya juga ikut nyekar.

Kendati menyatu dengan makam kuno, Sutadi tak pernah merasa takut atau mengalami hal aneh. Setelah suaminya berpulang, dia tinggal bersama putranya. Pas ada waktu luang, ia biasanya membuka gerbang makam dan membersihkannya sendirian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya