SOLOPOS.COM - Ilustrasi ular. (Reuters)

Solopos.com, SUKOHARJO – Penemuan maupun serangan ular yang terjadi belakangan ini membuat warga di Soloraya resah. Namun, sebaiknya ular yang ditemukan di lingkungan sekitar tidak langsung dibunuh.

Anggota Komunitas Omah Ulo, Samudra Budi, mengatakan, membunuh seekor ular sama dengan memelihara 10 tikus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Satu ular bisa memakan satu tikus. Jika tikus tersebut tidak dimakan ular, tikus tersebut bisa beranak sebanyak 10 ekor,” terang dia, saat ditemui Solopos.com di basecamp Omah Ulo, Purbayan, Singopuran, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (3/1/2020).

Samudra Budi memprediksi musim ular menetas terjadi hingga Februari 2020. Terutama saat curah hujan tinggi.

“Biasanya ular berada di bantaran sungai dan lubang tanah, karena terkena air bisa naik ke daratan,” sambung dia.

Rekan sekomunitas Samudra Budi, Bintang Putra Sadewa, teror ular ini terjadi akibat ekosistemnya rusak. Predator ular, seperti biawak, garangan, burung hantu, elang, dan hewan lainnya mulai berkurang. Hal itu disebabkan adanya perburuan liar yang dilakukan sebagian orang.

“Karena rantai makanan tidak seimbang, akhirnya populasi ular tidak ada yang memakan. Predator yang seharusnya memakan ular jumlahnya semakin menurun, sehingga jumlah ular semakin banyak,” kata Bintang Putra Sadewa,

Menurut Bintang Putra Sadewa, sejak November 2019 hingga saat ini, pelaporan mengenai penemuan ular di permukiman warga se-Soloraya meningkat. Bahkan dalam satu hari bisa mencapai tiga hingga lima laporan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya