SOLOPOS.COM - Warga Tohkuning RT 003/RW 011, Tohkuning, Karangpandan, Mulyadi, 70, bersama istrinya, Repyoh, 60, berbincang dengan anggota komunitas PSC Karanganyar di rumahnya, Kamis (25/1/2018). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Pasangan lansia di Karanganyar ini membutuhkan uluran tangan.

Solopos.com, KARANGANYAR — Rumah di Dukuh Tohkuning, RT 003/RW 011, Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpandan, Kamis (25/1/2018) berukuran 8 meter x 4 meter. Rumah itu tersembunyi di balik rumpun bambu dan pepohonan. Pepohonan sekitar rumah berdinding batu bata itu seolah membentuk kanopi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Udara di sekitar rumah terasa lembab karena sinar matahari hanya bisa masuk melalui celah-celah dedaunan. Perempuan berambut putih sebahu menyapu daun bambu kering berserakan di halaman. Dia bergegas menyelesaikan saat rombongan wartawan datang.

Wartawan datang bersama komunitas Pejuang Sosial Community (PSC) Karanganyar. Perempuan itu tidak mengenakan alas kaki. Dia mengaku bernama Repyoh, 55. Sejumlah ember plastik berderet di halaman depan rumah, tepat di bawah tetesan air hujan dari genting. Kamis siang hujan melanda sejumlah wilayah di Karanganyar.

Isi ember itu sejumlah perabot rumah kotor, seperti piring, gelas, dan lain-lain. Teras rumah disulap menjadi dapur dan tempat menyimpan kayu bakar. Dinding bagian luar dapur ditutup menggunakan anyaman bambu. Pintu dapur adalah potongan seng.

Pintu tepat berada di bagian tengah bangunan. Bagian bawah pintu rumah dibuat lebih tinggi untuk mengantisipasi genangan air hujan masuk rumah. Suasana di dalam rumah gelap gulita. Sejumlah anggota PSC menyalakan lampu senter smartphone. Suasana temaram.

Lantai dari tanah coklat kehitaman yang dipadatkan. Dinding batu bata tidak ditutup semen. Ada dua dipan, beberapa lemari pakaian, satu rak perabot, dan pakaian. Salah satu sisi rumah disekat menggunakan triplek dan disisakan lubang berbentuk persegi panjang berfungsi sebagai pintu. Pintu ditutup menggunakan selembar kain.

Saat kain disibak. Ruangan di balik tripleks itu menyerupai gudang. Aneka jenis barang, bekas bungkus makanan, perabot rumah tangga, dan lain-lain. Lembab, pengap, gelap, dan kotor. Teplok digantung di dinding tetapi minyak tanahnya habis. Satu dus lilin berisi beberapa batang lilin diletakkan di dekat dipan.

Lelaki tua yang semula tidur di salah satu dipan bangun. Dia mengenakan celana pendek dan baju yang tidak dikancingkan. Dia duduk di tepi dipan. Tanpa alas kaki. Jari kakinya rapat dan kotor. Tubuh keriputnya kurus. Tangan kanannya ditumpukan pada paha kanan.

Loper Koran

“Saya dulu jualan es kucir dan loper koran. Solopos, Radar Solo, dan lain-lain. Beberapa tahun lalu jatuh saat kerja. Tangan saya enggak bisa dipakai untuk berjualan lagi. Sudah datang ke dokter, disuntik, beli obat, tetapi enggak membaik,” kata lelaki mengaku bernama Mulyadi, 62, itu bercerita menggunakan Bahasa Jawa.

Dia tergolek di tempat tidur sejak tiga tahun yang lalu. Istrinya, Repyoh pun tidak bisa berjualan di pasar saban hari karena harus merawat suaminya. Dahulu, Repyoh berjualan buah dan sayur di pasar. Saat ini, dia hanya berjualan daun pisang, ketela, dan lain-lain yang ada di halaman rumah.

“Saya jual kalau butuh beras dan makan. Sehari-hari ya dapat belas kasih dari tetangga. Dapat beras jatah bagito [bagi rata]. Semua anak meninggal. Terakhir meninggal setelah menikah. Enggak ada listrik karena enggak bisa bayar. Ya pakai lilin. Seminggu satu dus Rp7.000,” ujar dia terbata-bata.

Pasangan lanjut usia (lansia) itu tinggal di rumah pemberian kerabat. Mulyadi mengaku memiliki tanah di tempat lain, tetapi dia tidak mengetahui rimbanya karena diurus kerabat.

“Saudara saya sudah meninggal semua. Enggak tahu tanah saya masih ada atau sudah dijual. Kadang ada pelanggan koran datang memberi roti dan beras 10 kilogram. Saya kalau sehat lagi, mau berdagang lagi,” tutur Mulyadi.

Koordinator PSC, Marfuah Dwi Nuryanti, bersama sejumlah rekannya mengaku trenyuh. Dia membawa sejumlah bantuan untuk sekadar menyambung hidup dua lansia itu.

“Ada anggota yang tinggal di sekitar sini. Dia cek dan merasa kalau mbah Repyoh dan Mulyadi ini butuh bantuan. Tua, enggak bisa cari nafkah, sakit-sakitan. Rumah katanya milik saudara, listrik enggak ada. Sehari-hari pakai lilin,” ujar dia.

Marfuah bersama kawan-kawannya berencana mengamen mengumpulkan donasi untuk Repyoh dan Mulyadi. Di sisi lain, dia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar melalui dinas terkait memperhatikan keberadaan dua orang lansia itu.

“Pinginnya dari kami bantu sebisanya. Kami carikan donasi. Mengamen dan bakti sosial. Semoga pemerintah memperhatikan. Bahwa masih ada warganya lansia butuh bantuan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya