Om ano bhadrah kratawo yantu wiswatah
Om swastyastu
Kemajuan zaman hendaknya selalu disaring dengan wiweka sehingga nilai budaya adi luhung bisa beradaptasi dengan nilai budaya yang ada.
Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis
Dalam akulturasi, nilai agama hendaknya dijadikan sebagai filter. Apalagi, sudah diketahui bahwa ajaran Hindu adalah Sana Tana Dharma. Artinya, berlaku dalam tiga dimensi zaman, yakni lampau, sekarang, dan zaman yang akan datang ( Ataita, Wartanama dan Nagata ).
Ahimsa mengedepankan ajaran untuk menyatu dengan alam semesta, tidak membunuh dan menyakiti makhluk hidup.
Agama Hindu memandang setiap yang ada mempunyai kewajiban dan hak yang sama, tidak bisa dibatasi oleh orang lain dengan bentuk apapun. Umat harus hidup rukun dengan perbedaan, kemajemukan, dan multi dimensi.
Seharusnyalah kita sebagai rakyat Indonesia menjunjung tinggi perbedaan sebagai khasanah bangsa yang dilandasi dengan Satyam, Siwam dan Sundharam, yaitu kejujuran, kesucian dan keharmonisan yang sejati. Hindu mengajarkan bahwa kebenaran/ kejujuran merupakan prinsip hidup dan kehidupan.
Bila seseorang mengikuti kebenaran, dia yang akan menyelamatkan hidupnya dari berbagai bencana, untuk memperoleh kebijaksanaan dan kemuliaan.
Kebenaran dapat dilaksanakan dengan mudah, bila seseorang memiliki keyakinan ( Sradha ). Dengan Sradha seseorang akan mantap bertindak menuju yang benar.
Dalam Atharwa Weda dinyatakan, ”Kebenaran yang agung, hukum-hukum alam yang tidak bisa diubah, pengabdian diri. Tapa/ pengekangan diri, pengetahuan dan persembahan Yad-nya yang menopang bumi. Bumi senantiasa melindungi kita .Semoga di bumi menyediakan ruangan yang luas untuk kita”.
Orang bijak adalah mereka yang mampu menebar kasih sayang dan kebajikan sebagai perekat nilai hidup rukun, yang dalam konteks kehidupan saat ini sangat didambakan.
Mari sebagai hamba Tuhan kerukunan yang sudah terjalin baik kita jaga, dan diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Kerukunan hidup ibarat pondasi yang kuat terdiri dari pasir, semen, batu, besi dan air. Tidak bisa dipertentangkan perbedaannya, namun mempunyai peran dan fungsi yang berbeda tetapi saling melengkapi membentuk satu kesatuan yang utuh.
Dunia ini adalah panggung lalu lintas, pengendara yang baik hendaknya menyadari bahwa di sampingnya ada pengendara yang sama, memiliki hak dan kewajiban yang harus diakui keberadaannya. Lalu lintas kehidupan akan berjalan dengan tertib apabila semua pengendara berjalan pada jalur sesuai petunjuk yang telah ditentukan.
Weda telah diwahyukan sebagai petunjuk serta pedoman dalam menjalankan lalu lintas kehidupan. Dengan mendalami,menghayati dan mengaktualisasikan ajaran Weda dalam segala lini kehidupan maka keharmonisan akan terwujud di jagad raya ini. Kerukunan hidup merupakan salah satu indikator dan barometer keharmonisan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Weda diwahyukan sebagai petunjuk dan tuntunan kehidupan. Dengan mendalami, memahami dan menghayati serta mempraktikkan ajaran Weda maka keharmonisan akan tercapai serta segala rintangan akan teratasi.
Weda menunjukkan bahwa dunia ini dibalut oleh dua kutub yang berbeda yaitu Dharma yang dianjurkan dan Adharma yang dilarang. Dharma yang dianjurkan adalah menjunjung tinggi nilai kebenaran, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan hidup rukun. Persahabatan adalah merupakan jalan pendakian spiritual.
Sedangkan Adharma yang dilarang, berlaku tidak kadil, iri hati, marah, benci, menyakiti serta memfitnah dan sebagainya adalah jalan untuk menuju neraka.
Sebagai umat beragama tentunya menghindari prilaku seperti ini, justru akan menambah beban dan menjadi penyakit batin. Jika penyakit batin menumpuk, akan menjelma sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan, kecuali sadar akan jati dirinya.
Ajaran agama tidak cukup diucapkan tetapi diimplementasikan dalam kehidupan. Kita wajib menjaga dan menjalin hubungan dengan sesama agar tercipta keharmonisan hidup yang serasi dan selaras.
Apa bila semua orang berkata dalam kebenaran, berbuat sesuai dengan kewajibannya dan berpikir yang jernih maka tujuan mulia akan tercapai dengan sempurna.
Dalam Atharwa Weda ditegaskan,” Aku akan menjadikan engkau satu hati, satu pikiran dan tanpa rasa benci. Saling mencintai laksana sapi mencintai anaknya. Agar putra patuh kepada ayah dan menjadikan satu pikiran dengan ibunya. Agar istri berkata lembut kepada suami, agar semua saudara tidak saling membenci. Pikiran bulat, satu tujuan berbicara dengan ramah tamah”.
Kecemerlangan adalah kejernihan jiwa, sebab jiwa yang jernih akan mudah memperoleh kedamaian / Santih. Pencerahan jiwa dapat diperoleh melalui pengembangan keluhuraan budi dengan jalan membebaskan diri dari berbagai awidya/ kegelapan pikiran.
Musuh yang amat besar terletak dalam hati manusia, dan dapat muncul sewaktu-waktu. Datang dan perginya tidak diketahui dengan pasti. Iri hati dapat ditimbulkan oleh ketidakpuasan dalam menerima kenyataan hidup.
Hidup ini adalah permainan, maka mainkanlah sesuai dengan swadharma dan kedudukannya masing-masing. Hidup ini adalah kasih sayang, maka nikmatilah dengan kasih. Hidup ini adalah roh dan jiwa sadarilah. Hidup adalah sebuah lagu maka nyanyikanlah, agar dapat menimbulkan rasa seni dan estetika.
Seperti gamelan yang terdiri dari berbagai bagian, apa bila ditabuh dengan kemawan sendiri tanpa mengikuti irama, akan menimbulkan suara gaduh dan memekakkan telinga. Namun jika ditabuh sesuai dengan nada dan irama ketentuan yang ada, akan menimbulkan suara merdu dan indah.
Demikian juga sebagai umat Hindu mempunyai potensi yang terpendam yang harus kita gali untuk kepentingan umat manusia. Hilangkan sekat-sekat intern, antara dan sesama umat beragama mari kita bangun bumi pertiwi ini dengan kebajikan sehingga dharma akan beredar sesuai dengan siklusnya. Kutumbhaka Wasu dewa, pada hakikatnya kita bersaudara, dimana bumi dipijak di sana langit dijunjung.
Om Santi-Santi-Santi Om.
I Nyoman Warta