SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seandainya manusia sekedar menjalani hidup, barangkali tidak jauh berbeda dengan makhluk lainnya. Firman Allah menginformasikan bahwa manusia dihidupkan olehNya tidak semata untuk menjalaninya, namun juga memaknainya. Pemaknaan, tentu saja, bukan berhenti pada wilayah teori dan konseptual akan tetapi hingga pada wilayah aplikasi dan penerapan. Islam menggunakan terminologi “‘amal” sebagai ungkapan aplikasi dan penerapan tersebut. Dorongan beramal dalam Islam –sebagaimana terungkap dalam rujukan utamanya, al-Qur’an dan as-Sunnah- demikian kuat dan bertebaran. Sebutlah salah satunya : “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. at-Taubah/9:105)   

Lebih dari sekedar dorongan hidup produktif dengan mewujudkan aktifitas yang disaksikan oleh Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, Islam juga menegaskan bahwa aplikasi amal atau produk yang dihasilkan haruslah berkualitas. Ini berarti, Islam menekankan orientasi kualitas terhadap amal atau aktivitas yang kita lakukan.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Persoalannya, apa saja yang dibutuhkan agar amal atau aktivitas bisa dilakukan dengan baik hingga memenuhi kualitasnya, bahkan mencapai kualitas terbaik? Amal dengan kualitas terbaik dalam al-Qur’an diungkap sebagai taqwa (49:13). DR. Abdullah Nasih ‘Ulwan mengatakan bahwa setidaknya ada 5 (lima) hal yang dibutuhkan untuk mencapai taqwa, yakni : mu’ahadah, muroqobah, mujahadah, muhasabah dan mu’aqobah. Mu’ahadah adalah mengingat-ingat perjanjian yang telah kita buat dengan Allah SWT. Dalam dunia kerja, hal ini seringkali disebut dengan surat kontrak atau perjanjian kerja. Sesungguhnya Allah SWT telah mengambil perjanjian dan persaksian dari manusia sejak sebelum kehadirannya di dunia yakni tatkala ia berada dalam rahim ibunya.
   
Pengingatan terhadap janji itu pun berulangkali kita lakukan melalui bacaan syahadat dan kalimat iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin dalam setiap rakaat salat-salat kita. Hal ini penting untuk membangun dan menguatkan komitmen serta kesetiaan kita kepada Allah SWT, sebagaimana diperlukannya surat kontrak kerja dan sumpah jabatan atau ikrar kesertiaan bagi pegawai atau karyawan pada sebuah instansi. Selain mu’ahadah, yang pasti juga dibutuhkan untuk mencapai kualitas kerja yang terbaik ialah muroqobah, yakni merasakan betul senantiasa diawasi oleh Allah SWT.
   
Dalam dunia kerja, hal ini sering disebut sebagai sistem pengawasan kerja. Adakah sistem pengawasan kerja yang lebih cermat, lebih teliti dan lebih baik dibandingkan sistem pengawasan Allah SWT terhadap manusia? Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Menyaksikan dan Maha Mengawasi segala sikap, perilaku dan keadaan manusia. Bukan hanya apa yang tampak, namun juga sesuatu yang tersebunyi dalam hatinya. Tidak semata di tempat-tempat tertentu, namun di segala tempat, waktu dan keadaannya.
   
Alat kontrol -sebagai bagian dari keseluruhan sistem pengawasan-Nya- pun telah lengkap dan bekerja secara maksimal untuk, pada saatnya, di laporkan di hadapanNya. Ya, tangan, kaki dan seluruh bagian dari tubuh kita akan merekam dengan cermat dan sangat teliti tentang semua perbuatan kita. Lalu para malaikat juga akan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya; mencatat amal perbuatan kita. Bahkan bumi yang kita injak pun akan memberikan kesaksiannya. Lalu kemana kita hendak bersembunyi dari sistem pengawasan seketat dan secermat ini? Kalau saja hal ini disadari, mestinya kita tidak berani melakukan dosa dan kemaksiatan. Tidak lagi kita berpura-pura iman dan melakukan kebaikan tanpa ketulusan. Tidak lagi kita beribadah sekedar menggugurkan kewajiban. Pasti kita akan bersungguh-sungguh melakukan semua tugas dan kewajiban yang telah ditetapkan dan diperintahkan olehNya. Dan inilah hal ketiga yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas kerja yang terbaik : mujahadah, bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan atau maksimalisasi ikhtiar untuk merealisasikan kepatuhan.
   
Kesungguhan akan membuahkan petunjuk dan bimbingan Allah SWT. Ini sudah pasti dibutuhkan untuk mencapai kualitas kerja terbaik. Hal berikutnya adalah muhasabah, yakni evaluasi. Kenapa ini dibutuhkan? Agar kualitas pekerjaan, setelah pelaksanaan bisa dinilai dan dilakukan tindakan berikutnya. Jika ditemukan kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka dengan evaluasi yang sudah dilakukan bisa segera dilakukan tindakan perbaikan. Akan tetapi jika pekerjaan telah dilakukan dengan benar dan kualitasnya baik, maka kualitas kerja dan hasil pekerjaan tersebut bisa dijaga bahkan bisa ditingkatkan kualitasnya.

Selanjutnya, hasil evaluasi tentu saja perlu diapresiasi. Jika kelima hal tersebut terpenuhi maka pekerjaan bisa dilakukan dengan kualitas terbaik dan produk pekerjaan yang dihasilkan juga memuaskan. Walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin. Walloohu a’lamu bish shawwaab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya