SOLOPOS.COM - Subandi menunjukkan hidran yang dibuatnya dengan teknologi sederhana namun mampu membantu warga Dusun Demangan Desa Banjarhadjo Kecamatan Kalibawang dalam mendapatkan air bersih di rumah. (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Subandi menunjukkan hidran yang dibuatnya dengan teknologi sederhana namun mampu membantu warga Dusun Demangan Desa Banjarhadjo Kecamatan Kalibawang dalam mendapatkan air bersih di rumah. (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Kesulitan mendapatkan air bersih selalu dialami sebagian masyarakat Kulonprogo saat musim kemarau. Instalasi air bersih yang dibangun Pemerintah belum mampu menjawab masalah ini, karena tidak sedikit instalasi yang tidak berfungsi. Di tengah kondisi ini, seorang warga Banjarharjo Kalibawang berhasil menemukan teknologi sederhana untuk membuat sumber air di pemukiman.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Sudah dua bulan terakhir, Yatimin, tak lagi kesulitan mendapatkan air bersih di rumahnya, di Dusun Demangan Banjarharjo Kalibawang. Padahal, biasanya di musim kemarau, sumur di kawasan itu sering kehabisan air hingga tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

“Harus menunggu beberapa hari hingga air sumur kembali terisi air, baru bisa ditimba lagi. Selama itu, kami harus mengambil air ke mata air di dekat masjid,” ungkap Yatimin, kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Kini, masalah itu tidak terjadi lagi. Air sumurnya kini tidak pernah menyusut. Bahkan, berbagai tanaman di pekarangannya juga tidak mengering lagi di musim kemarau. Hal itu terjadi, setelah ia memanfaatkan instalasi air dari hidran, yang dipasang oleh seorang tetangganya, Subandi.

Instalasi dengan teknologi sederhana itu memanfaatkan aliran air dari Saluran Induk Kalibawang yang mengairi sawah warga. Air sisa dari sawah yang melewati selokan, ditampung di sebuah kolam kecil berukuran sekitar satu meter kubik. Dari kolam itu, dipasang sebuah pipa sebesar betis, yang mengalirkan air ke lokasi yang lebih rendah.

Di ujung pipa itu dipasang beberapa pipa besi berdiri yang memiliki klep di dalamnya. Benda inilah yang dinamakan hidran. Hidran itu dipasang sedemikian rupa hingga air dari pipa terdorong ke atas melewati sebuah slang.

Melalui hidran itu, air dari kolam disalurkan menggunakan slang kecil, ke kawasan yang lebih tinggi. “Semakin panjang dan semakin miring pipa tersebut, maka daya dorong ke atas akan semakin besar sehingga air slang bisa sampai ke wilayah yang lebih tinggi,” ungkap Subandi, menjelaskan teknologi sederhana yang dibuatnya.

Air dari slang tersebut dimanfaatkan warga untuk ngoncori (mengairi secara terus menerus) pekarangan warga. Aliran air memang kecil, namun karena terus menerus, maka kawasan pekarangan seluas dua hektare bisa basah, sehingga tanaman yang ada menjadi tetap hijau. Dampak yang lebih penting, karena tanah pekarangan selalu basah, maka sumur menjadi tetap selalu penuh air.

Subandi menjelaskan, teknologi sederhana itu didapatkannya dari seorang teman yang memiliki alat serupa, memanfaatkan saluran irigasi Selokan Mataram. Butuh percobaan dua kali, hingga akhirnya ia sukses membuatnya. Baru sekitar tiga bulan memulai, kini ia telah memasang sembilan hidran untuk para tetangganya, yang dimanfaatkan puluhan rumah.

Pembuatan hidran tersebut hanya menggunakan pipa besi bekas yang didapatkannya dari bengkel. Warga yang ingin memanfaatkan air tersebut, hanya mengeluarkan biaya untuk membeli pipa, slang dan membuat kolam kecil. “Nyatanya, dengan teknologi sederhana saja, warga sudah bisa merasakan manfaatnya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya