SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sejak 9 April lalu diduga menjadi salah satu pemicu rendahnya tingkat serapan kuota pupuk di Boyolali. Hingga Mei lalu, tingkat serapan pupuk baru mencapai 30 persen dari kuota yang telah ditetapkan dalam SK bupati.

Sementara, disinyalir juga beredar pupuk non subsidi tanpa izin yang dijualbelikan di bawah HET pupuk bersubsidi. Ketua Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Boyolali, Mulyatno mengatakan kenaikan HET Pupuk sudah diterapkan sejak April lalu. Namun tidak menimbulkan gejolak yang berarti.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tetapi, tingkat serapan masih rendah dibawah kuota yang ada. “Kemungkinan juga karena faktor lain seperti petani yang gagal panen dan curah hujan yang masih tinggi,” ujarnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (17/6).

Dengan tingkat serapan yang rendah itu, hingga kini kuota pupuk bersubsidi di Boyolali masih terdapat sisa tetapi, tambahnya sisa kuota itu tidak akan hangus karena masih bisa diambil lagi para perencanaan bulan berikutnya.

Kuota pupuk bersubsidi di Boyolali 2010

Jenis             Jumlah (ton)
Urea              31.000
ZA                 5.493
NPK              8.994
SP36            4.331
Phonska      8.994
Superpos    4.331

Sumber: wawancara

fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya